
PEMERINTAHAN Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia, Rosneft dan Lukoil. Sanksi itu sebagai upaya menekan Moskow agar menyetujui gencatan senjata segera dalam perang di Ukraina.
Langkah ini menandai kebijakan sanksi besar pertama dari Trump terhadap Rusia sejak perang berlangsung. Sebelumnya, Trump beberapa kali mengisyaratkan akan menjatuhkan hukuman kepada Moskow, namun baru mengambil tindakan tegas pekan ini.
Dalam pernyataannya di Gedung Putih, Trump menjelaskan ia merasa “sudah waktunya” menjatuhkan sanksi tersebut setelah “menunggu lama.” Namun, ia berharap sanksi ini tidak akan berlangsung lama karena “perang akan segera berakhir.”
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menegaskan langkah itu diambil untuk menghentikan kekerasan dan mendesak gencatan senjata segera. “Mengingat penolakan Presiden Putin untuk mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini, Departemen Keuangan menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia yang membiayai mesin perang Kremlin,” ujarnya.
Bessent menambahkan, “Departemen Keuangan siap mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan untuk mendukung upaya Presiden Trump mengakhiri perang lain. Kami mendorong sekutu kami untuk bergabung dan mematuhi sanksi ini.”
Sanksi tersebut mencakup Rosneft, Lukoil, serta hampir tiga lusin anak perusahaan keduanya. Sebelumnya, Inggris telah menjatuhkan sanksi serupa pekan lalu, sementara Uni Eropa juga menyetujui paket sanksi tambahan pada hari yang sama.
Dampak Sanksi AS
Menurut analis dari Atlantic Council, Eddie Fishman, dampak sanksi AS akan bergantung pada penerapannya dan apakah Washington akan menindaklanjuti dengan sanksi sekunder terhadap pihak ketiga. “Kuncinya adalah apakah akan ada ancaman sanksi terhadap bank, kilang minyak, dan pedagang di negara lain yang berurusan dengan Rosneft dan Lukoil,” ujarnya kepada CNN.
Ukraina telah lama mendesak tekanan internasional yang lebih keras terhadap Moskow. Upaya diplomatik untuk mengakhiri perang masih buntu, sementara Rusia menolak gagasan jeda pertempuran untuk membuka negosiasi. Hal yang didukung oleh Ukraina dan negara-negara Eropa.
Trump sebelumnya berencana bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Budapest, namun membatalkan rencana tersebut. “Saya tidak merasa kami akan mencapai titik yang kami inginkan,” katanya, seraya menambahkan bahwa pertemuan itu mungkin akan diadakan di masa depan.
Bessent menyebut sanksi ini sebagai salah satu yang terbesar, mencerminkan kekecewaan Trump terhadap Putin setelah pertemuan di Alaska dua bulan lalu. “Presiden Putin tidak datang ke meja perundingan dengan cara yang jujur. Presiden Trump meninggalkan pembicaraan ketika menyadari tidak ada kemajuan,” ujarnya.
“Ini adalah sanksi, bukan tarif sekunder. Sanksi ini akan substansial dan kuat, dan kami mendesak sekutu Eropa, G7, Kanada, serta Australia untuk bergabung bersama kami,” kata Bessent menegaskan. (CNN/Z-2)