IRAN melancarkan serangan terbesar dalam sejarah terhadap Israel dengan meluncurkan 180 rudal balistik pada Selasa (1/10) malam.
Sebagian besar rudal tersebut berhasil dihadang oleh sistem pertahanan anti-rudal yang dioperasikan oleh Israel, Amerika Serikat, dan Yordania, menurut keterangan resmi dari ketiga negara tersebut.
Baca juga : Iran Tegaskan Peringatan Kedua terhadap Israel
Serangan udara ini jauh lebih serius dibandingkan dengan serangan serupa yang terjadi pada April lalu, dan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah, yang saat ini sudah berada dalam situasi konflik regional yang sangat berbahaya.
Kemampuan Rudal Iran
Menurut laporan Missile Threat Project dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) tahun 2021, Iran memiliki ribuan rudal balistik dan jelajah dengan berbagai jangkauan.
Angka pasti dari setiap jenis rudal belum diketahui, tetapi Jenderal Angkatan Udara AS, Kenneth McKenzie, menyebutkan bahwa Iran memiliki lebih dari 3.000 rudal balistik pada tahun 2023, sebagaimana dilaporkan oleh situs Iran Watch dari Wisconsin Project on Nuclear Arms Control.
Baca juga : Iran Tembakkan 180 Rudal Balistik ke Israel, Biden dan Netanyahu Merespons
Dalam serangan terbaru ini, para ahli senjata yang menganalisis video di media sosial menyebutkan bahwa Iran menggunakan varian rudal balistik Shahab-3.
Shahab-3 adalah fondasi bagi rudal balistik jarak menengah Iran dan pertama kali digunakan pada tahun 2003.
Rudal ini memiliki kapasitas membawa hulu ledak hingga 760-1.200 kilogram dan dapat diluncurkan dari peluncur bergerak maupun silo.
Baca juga : Iran Tembakkan Rudal selama Latihan untuk Peringatkan Israel
Iranian media melaporkan bahwa Iran juga menggunakan rudal terbaru, Fattah-1, dalam serangan ini. Rudal tersebut diklaim sebagai rudal hipersonik, mampu mencapai kecepatan Mach 5 atau lima kali kecepatan suara.
Namun, para analis menyatakan bahwa hampir semua rudal balistik mencapai kecepatan hipersonik saat memasuki atmosfer dalam fase akhir penerbangan menuju target.
Pertahanan Rudal Israel
Israel mengoperasikan berbagai sistem pertahanan untuk menangkal serangan rudal balistik, rudal jelajah, dan roket jarak pendek. Sistem pertahanan paling terkenal adalah Iron Dome, yang digunakan untuk menghadang roket dan artileri jarak pendek. Namun, untuk menghadapi rudal balistik seperti dalam serangan kali ini, Israel menggunakan sistem pertahanan yang lebih canggih.
Baca juga : Iran: Serangan ke Israel adalah Pembelaan Diri yang Sah
Sistem pertahanan lapis kedua adalah David’s Sling, yang melindungi dari ancaman rudal jarak pendek hingga menengah. David’s Sling adalah proyek bersama antara Israel dan perusahaan pertahanan AS Raytheon.
Sistem ini menggunakan interceptor Stunner dan SkyCeptor untuk menjatuhkan target hingga sejauh 186 mil.
Di atas David’s Sling, Israel memiliki sistem Arrow 2 dan Arrow 3, yang dikembangkan bersama Amerika Serikat.
Arrow 2 dirancang untuk menghancurkan rudal balistik dalam fase terminalnya, sedangkan Arrow 3 memiliki kemampuan untuk menghancurkan rudal di luar atmosfer, sebelum rudal tersebut masuk kembali ke atmosfer menuju targetnya.
Pada serangan Selasa malam, militer Amerika Serikat juga meluncurkan setidaknya 12 rudal anti-rudal terhadap serangan Iran. Serangan balasan ini datang dari kapal perusak USS Cole dan USS Bulkeley, yang beroperasi di Laut Mediterania bagian timur.
Angkatan Udara Yordania juga ikut serta dalam menghalau serangan rudal Iran, meski detail spesifik mengenai jenis pertahanan yang digunakan tidak disebutkan.
Serangan ini menambah ketegangan dan ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah, di mana konflik terus memanas.
Pemerintah Israel menyatakan bahwa mereka akan melakukan tindakan balasan terhadap Iran, yang disebut sebagai “akan membayar” atas serangan besar tersebut. (CNN/Z-10)