
DIREKTUR Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda memaknai pertemuan Presiden Indonesia Prabowo Subianto dengan Presiden Brasil Lula da Silva sebagai bentuk upaya pemerintah Indonesia mencari pasar ekspor baru. Langkah itu untuk melepas ketergantungan dari Amerika Serikat yang sejak lama menjadi negara tujuan ekspor Indonesia.
Pertemuan Prabowo dan Silva di sela KTT BRICS disebut Huda juga menjadi sinyal rencana Indonesia membuka pasar baru di negara-negara Amerika Latin, dengan menjadikan Brasil sebagai pintu gerbangnya.
"Produk Indonesia harus bisa menyesuaikan karakter permintaan dengan pangsa pasar baru. Selain itu, penguatan industri dalam negeri juga perlu dilakukan agar industri kita bisa kuat, punya daya tawar dengan negara lain. Penguatan dilakukan mulai dari indikator-indikator dalam world competitiveness ranking seperti efisiensi birokrasi dan mengeluarkan kepentingan aparat dalam ekonomi," tandasnya.
KTT BRICS, disebut Huda, juga akan menimbulkan kekecewaan dan kemarahan Presiden AS Donald Trump. Apalagi salah satu hasil dari KTT tersebut ialah strategi negara-negara anggota BRICS dalam menghadapi tarif tinggi impor yang dikeluarkan AS.
"Hal ini yang akan menjadi kunci Trump dalam perundingan dagang antara Indonesia dan AS. Trump pasti akan mengancam sehingga Indonesia mempunyai posisi tawar yang sulit," ucapnya. (Fal/E-1)