Industri Besi dan Baja Siap Pasang Portal Monitor Radiasi di Pabrik

Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia atau Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) memastikan industri siap mengimplementasikan alat portal monitor radiasi di pabrik.

Direktur Eksekutif IISIA, Harry Warganegara, mengatakan pabrik peleburan sudah diwajibkan memasang Radiation Portal Monitor (RPM) dan Continuous Emission Monitoring System (CEMS).

"Pasang CESM dan RPM di setiap peleburan sudah jadi kewajiban dari pemerintah, edaran Oktober 2025. Kami ikut dan hanya minta waktu buat pemasangannya, pemerintah kasih waktu 3 bulan sampai akhir Desember 2025," kata Harry saat dihubungi kumparan, Sabtu (6/12).

Harry mencatat, industri peleburan di Indonesia memiliki kapasitas terpasang pengolahan scrap atau limbah produksi yang biasanya terdiri dari logam atau baja mencapai 7 juta metrik ton (MT).

"Kapasitas terpasang peleburan yang memakai scrap sekitar 7 juta MT. Saat ini kebutuhan scrap sekitar 2 juta MT, impornya 1,3 juta MT," ungkap Harry.

Harry menilai garda utama pemasangan alat pendeteksi radiasi seharusnya berada di perbatasan (border) atau pelabuhan baik loading maupun unloading.

"Supaya kalau ditemukan radiasi maka dapat di-reekspor kembali ke negara asal, karena kalau ditemukan di pabrik peleburan, sudah tidak bisa di-reekspor dan pemerintah juga belum punya tempat di tanam atau buang yang terkena radiasi tersebut," jelas Harry.

Pemerintah kini memperketat industri peleburan (smelting) dengan memasang alat monitor radiasi, menyusul insiden kontaminasi radioaktif Cesium-137 di kawasan Cikande, Banten, yang diduga berasal dari sebuah perusahaan besi dan baja.

Direktur Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Nur Syamsi Syam, mengatakan Satgas Penanganan Cesium (Cs-137) telah berdiskusi dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terkait kewajiban pemasangan RPM di pabrik.

"Sepertinya sudah ada surat edaran diwajibkan untuk memasang RPM di industri yang menggunakan scrap metal. Jadi industri-industri yang memang terkait dengan logam itu diwajibkan untuk memasang RPM," ungkapnya saat konferensi pers, Kamis (4/12).

Sementara itu, Asisten Deputi Keamanan dan Mutu Pangan dan Gizi Kemenko Pangan, Sabbat Christian Jannes, mengatakan hal ini menyusul kejadian kontaminasi radioaktif CS-137 di daerah Cikande, Banten, yang akar masalahnya berasal dari industri peleburan.

Meski demikian, Sabbat juga menyebutkan masih diperlukan pengaturan atau mekanisme lain bagi industri peleburan yang menyerap logam-logam bekas dari rongsokan, seperti yang dilakukan PT Peter Metal Technology (PMT), sumber paparan radiasi di Cikande.

Selain itu, pemerintah juga memasang RPM di pelabuhan-pelabuhan yang menerima kargo impor. Salah satunya di Pelabuhan Tanjung Priok, yang sudah melakukan inspeksi lanjutan terhadap barang yang dicurigai mengandung radiasi tinggi.