Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) menyatakan stabilitas politik dan keamanan yang relatif lebih baik dibandingkan negara-negara lain, serta kultur masyarakat yang adaptif menjadi kunci bagi Indonesia dalam menghadapi gejolak geopolitik dan ketidakpastian ekonomi dunia.
Deputi Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Lemhannas Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Rido Hermawan di Jakarta, Kamis, mengatakan diperlukan sikap tenang, pengamatan cermat, dan analisis matang sebelum mengambil keputusan untuk memitigasi dinamika perekonomian global saat ini.
Ia juga menuturkan nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong dan kepedulian sosial, menjadi modal penting untuk menghadapi berbagai tantangan global saat ini.
"Values (nilai-nilai) sebagai bangsa Indonesia itu menjadi penting untuk bisa menghadapi (ketidakpastian geopolitik dan ekonomi) ini agar kita bisa menatap masa depan lebih baik," ujar Rido.
Selain itu, ia mengatakan efisiensi rantai pasok (chain supply) diperlukan untuk memitigasi ketidakpastian ekonomi global, mengingat gejolak geopolitik dunia menciptakan disrupsi yang berdampak langsung pada pelaku usaha, mulai dari kenaikan tarif hingga meningkatnya biaya distribusi.
Salah satu cara untuk mengatasi kenaikan biaya operasional tersebut adalah dengan memanfaatkan teknologi digital untuk memangkas biaya rantai pasok yang sering kali membengkak akibat proses yang berlapis.
"Banyak kegiatan-kegiatan usaha, terutama dalam rantai pasok, yang sering menjadi tidak efektif dan tidak efisien karena terlalu banyak langkah-langkah (prosedur) yang harus dibiayai," kata Rido.
Ia menyatakan digitalisasi proses bisnis dapat membuat kegiatan usaha menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga pelaku usaha mampu bertahan di tengah tekanan biaya.
Untuk meningkatkan efisiensi bisnis, ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antar pelaku usaha sejenis dalam pengiriman logistik serta proses distribusi produk.
"Proses packing, controlling, handling dan transporting (pengemasan, pengawasan, penanganan, dan pengiriman) itu biasanya biayanya sangat besar. Nah, kita harus bisa berkolaborasi dengan teman-teman di dunia usaha sejenis sehingga pada proses distribusinya itu kita bisa lebih hemat," ujarnya.
Rido juga mendorong industri dalam negeri untuk memanfaatkan bahan baku lokal sebagai alternatif sekaligus menghindari ketergantungan terhadap bahan baku impor.
Dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada di sekitar, biaya produksi dapat ditekan, sekaligus mengurangi risiko suplai bahan baku akibat gangguan pasokan global.
Selain itu, ia meminta para pelaku usaha untuk memanfaatkan berbagai kebijakan protektif pemerintah, seperti subsidi, insentif, atau relaksasi aturan tertentu, secara optimal.
"Pemerintah pasti akan mengambil sebuah kebijakan untuk bisa melindungi rakyatnya dari dampak itu. Biasanya ada subsidi, kemudian ada juga yang sifatnya mungkin relaksasi untuk kegiatan bisnis. Kita harus bisa memaksimalkan (berbagai insentif) itu," imbuh Rido.
Baca juga: Lemhannas angkat isu Danantara untuk kontribusi pemikiran strategis
Baca juga: Lemhannas ingatkan pentingnya ketahanan pangan di tengah geopolitik
Baca juga: Lemhannas ingatkan geopolitik dunia sedang tidak baik-baik saja
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.