WAKIL Ketua DPR Cucun Ahmad Syamsurijal menyebut kasus kekerasan seksual tidak hanya terjadi di lingkungan pesantren. Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini merespons pernyataan Menteri Agama Nasaruddin Umar bahwa media massa terlalu membesar-besarkan pemberitaan kasus kejahatan seksual di pesantren.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
“Lembaga pendidikan umum atau entitas-entitas yang menyelenggarakan boarding-boarding juga bisa terjadi,” kata Cucun di Gedung DPR, kawasan Senayan, Jakarta, pada Kamis, 16 Oktober 2025.
Meski begitu, Cucun menegaskan kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan lembaga pendidikan mana pun tidak bisa dibenarkan. Ia menyatakan sudah membuat gerakan di internal untuk memerangi dan melawan kekerasan seksual di lembaga pendidikan, terutama di pesantren. “Karena toh bukan hanya di pesantren itu terjadi,”ucap Cucun.
Menurut dia, perlu ada langkah antisipatif supaya kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan tidak lagi terjadi. Cucun menyebutkan, salah satu yang bisa dilakukan adalah melakukan kampanye tentang kesehatan reproduksi.
Ia mengatakan peserta didik perlu memahami batasan-batasan soal kekerasan seksual. “Kadang-kadang karena mungkin faktor anak itu tadi ketakutan atau karena awam,” kata dia.
Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan bahwa media massa telah memberitakan kasus-kasus kejahatan seksual yang terjadi di pesantren secara berlebihan. Padahal, kata dia, temuan kasus di lapangan tidak seheboh yang diberitakan selama ini.
“Adanya kejahatan seksual di pondok pesantren yang dibesar-besarkan oleh media, padahal itu hanya sedikit jumlahnya,” kata Nasaruddin di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta, pada Selasa, 14 Oktober 2025.
Menurut Nasaruddin, pemberitaan tentang kejahatan seksual menjadi momok berat yang menerpa pondok pesantren di Indonesia. Saat menyampaikan itu, Nasaruddin tidak menyebutkan contoh kasus spesifik.
Nasaruddin mengklaim pemberitaan tentang kekerasan seksual di pesantren bisa berdampak negatif terhadap reputasi lembaga pendidikan berbasis agama tersebut. Terlebih, kata dia, pesantren juga masih diterpa isu tentang temuan mayat. Meskipun Nasaruddin juga tak merinci kasus mana yang ia maksud.
Dia khawatir kerja keras para pendiri pondok pesantren yang telah ada bahkan sebelum Indonesia merdeka akan sia-sia akibat pemberitaan negatif. “Jangan sampai orang nanti alergi memasukkan anaknya ke pondok pesantren,” ujar dia.