PRESIDEN Prabowo Subianto menyindir beberapa orang yang nyinyir dan mengejek program makan bergizi gratis (MBG). Dia menuduh orang itu hanya mengangkat kesalahan MBG.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
"Beberapa orang pintar atau orang yang menganggap dirinya paling pintar di Indonesia selalu nyinyir, selalu mengejek program ini," kata dia dalam kegiatan pengukuhan mahasiswa baru serta wisuda sarjana Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) di Trans Convention Bandung, Bandung pada Sabtu, 18 Oktober 2025 dipantau via YouTube UKRI TV.
Dia mengatakan pelaksanaan MBG tidak sempurna. Sampai saat ini ada 8.000 atau 0,0007 atau 0,0008 persen anak yang diduga keracunan makanan. Kasus keracunan itu yang justru dibesarkan. "Ada beberapa ribu anak yang sakit perut keracunan makan, tapi yang dibesarkan adalah keracunan seolah-olah program ini harus dihentikan," kata dia.
Dia mengatakan penerima manfaat MBG sejauh ini mencapai 36, 2 juta jiwa. Dia mengklaim jumlah itu sama saja memberi makan 7 kali populasi Singapura.
Setiap harinya, sekitar 12 ribu dapur mempekerjakan 50 orang. Masing-masing dapur memiliki 15 pemasok makanan dari desa. "Masing-masing pemasok mempekerjakan 5-10 pekerja petani dan sebagainya," kata dia.
Prabowo merasa program itu menjadi pembicaraan di dunia internasional. Seminggu lalu, Prabowo mengaku menerima kunjungan Rockefeller Institute. Dia mengklaim Rockefeller Institute bilang MBG menjadi perhatian dunia.
"Waktu kami mulai program MBG ini baru 77 negara yang melaksanakan. Kami waktu itu kalau tidak salah negara ke-78 atau ke-79. Sekarang sudah ada 112 negara dan sebagian besar ikut contoh Indonesia," kata dia.
Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat jumlah korban keracunan proyek MBG per 12 Oktober 2025 menembus 11.566 anak. Paling banyak ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Koordinator Nasional JPPI Ubaid Matraji merincikan, apabila dihitung sejak Januari hingga 12 Oktober 2025, provinsi dengan jumlah korban keracunan MBG tertinggi adalah Jawa Barat dengan 4.125 korban. Kemudian disusul Jawa Tengah sejumlah 1.666 korban dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 1.053 korban. Sementara itu di Jawa Timur tercatat ada 950 korban dan Nusa Tenggara Timur sejumlah 800 korban.