Sepak Terjang Kapitalisme yang Menurun adalah Fasisme

1 month ago 16
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Sepak Terjang Kapitalisme yang Menurun adalah Fasisme (MI/Seno)

JUDUL tulisan di atas ialah tesis Bung Karno mengenai perkembangan kapitalisme dalam garis hidupnya bila dalam situasi 'niedergang' (menurun). Sebaliknya dalam keadaan menaik atau 'aufstieg' maka politiknya ialah liberalisme, lebih tegasnya demokrasi liberal. Sehubungan dengan tesis tersebut di atas bagaimana kondisi di Indonesia pada saat ini?

Bukankah saat ini di Indonesia sudah bertumbuh kapitalis-kapitalis bahkan figur figur yang mempunyai dana (modal) hingga bermiliar-miliar rupiah; apakah tesis Bung Karno tersebut berlaku juga di Indonesia saat ini?

Kaum patriotik Sukarnois dengan tegas menyatakan bahwa tesis tersebut sepenuhnya berlaku, bahkan sedang berjalan di Indonesia!

Akan tetapi, dengan sedikit variasi dalam peristilahannya, yaitu dalam kondisi ekonomi Indonesia yang menurun, politik pemerintah akan bersifat tangan besi.

Sebaliknya bila kondisi perekonomian kita baik dalam pengertian surplus di bidang ekonomi, sepak terjang pemerintah akan liberal yang penuh dengan toleransi. Kondisi itu ternyata tecermin dalam rangka pameran Gelegar Foto Nusantara yang dilaksanakan pada 7 Juni sd 13 Juni 2025 di Galeri Nasional Indonesia beberapa waktu yang lalu.

Dari hasil evaluasi setelah penutupan ternyata jumlah pemirsa yang hadir bervariasi antara kurang lebih 1.000 orang pada acara pembukaan kemudian menurun rata-rata 700 pengunjung per hari dan naik lagi layaknya pembukaan pada acara penutupan 13 Juni 2025. Mayoritas pembeli foto-foto menyasar foto-foto yang berharga jual di bawah Rp30 juta.

Beberapa ada yang berminat untuk membeli foto-foto dengan harga jual di atas Rp50 juta, yang terdiri dari foto-foto proklamator Bung Karno juga Bung Hatta. Namun, apa mau dikata, foto-foto tersebut tidak akan dijual penulis sebagai fotografernya mengingat sulitnya saat pengambilan foto dan sangat tingginya nilai sejarah foto-foto proklamator tersebut.

Bayangkan saja ada sebuah foto yang penulis ambil pada saat Bung Karno masih berada dalam 'karantina', istilah Orde Baru untuk memperhalus kata-kata 'tahanan politik' yang berlaku untuk Bung Karno saat itu.

Foto yang amat diminati pengunjung ialah foto proklamator Bung Hatta sedang bekerja di meja kerjanya karena foto tersebut disertai tanda tangan asli dari Bung Hatta.

Foto tersebut merupakan foto yang ditawar dengan harga tertinggi dari seluruh foto tokoh-tokoh yang ada. Untuk foto art modeling photography (foto model) ada sebuah foto close up dari sang model dengan penulis harus bersabar selama hampir setahun untuk pelaksanaan pemotretannya. Sudah barang tentu foto tersebut tidak akan penulis jual berapa pun harga penawarannya.

KENDALA PEMILIHAN FOTO

Hal lain yang perlu dipahami pembaca ialah adanya foto-foto yang dengan berat hati tidak dapat penulis pamerkan karena tidak lolos dari pilihan tim seleksi panitia.

Penulis sepenuhnya dapat memahami sikap mereka mengingat selain sebagai seorang fotografer, penulis juga seorang pemerhati sosial yang aktif di berbagai organisasi politik walaupun bukan di sebuah partai politik yang ada. Tugas tim seleksi ternyata cukup berat karena selain harus memikirkan dan 'memeras' jumlah foto-foto yang akan dipamerkan, dari 751 foto-foto yang siap pamer, harus dipilih +550 foto sesuai dengan kapasitas Hall A dan Hall B dari Galeri Nasional Indonesia.

GENERASI MUDA

Apa pun yang terjadi satu hal yang amat membesarkan hati penulis sebagai seorang patriotik Sukarnois ialah karena hampir 80% dari ribuan pengunjung yang hadir di pameran selama sepekan ialah dari kalangan generasi muda. Terbukti juga di dalam workshop yang digelar panitia sebanyak empat sesi dengan pembicara-pembicara tokoh-tokoh andal di bidang fotografi seperti Arbain Rambey, Andi Kusnaedi, Didit Chris, Firman Ichsan, dan Darwis Triadi ternyata peserta dari generasi muda cukup membludak dengan pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendalam dan tajam mengenai fotografi.

Sebagai penutup, salah satu tujuan diadakan pameran foto Gelegar Foto Nusantara, selain memperingati Juni sebagai bulan Bung Karno, mencari dana yang akan digunakan untuk membantu mereka yang membutuhkan tanpa prosedur yang berbelit-belit seperti kalangan seniman, musikus, dan politikus. Begitulah sekilas evaluasi kilat dari pameran Gelegar Foto Nusantara yang baru lalu. Sampai jumpa di acara yang akan datang!

Read Entire Article