Beijing (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri China menanggapi pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump soal kemungkinan akan bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam waktu dekat ini.
"Diplomasi kedua kepala negara memainkan peran panduan yang tak tergantikan dan strategis dalam hubungan China-AS. Presiden kedua negara menjaga interaksi dan komunikasi yang erat," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing, Selasa (26/8).
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengatakan ia berharap untuk mengunjungi China pada tahun ini atau dalam waktu dekat, seraya menambahkan bahwa hubungan ekonomi antara kedua negara telah membaik walau tetap membuka peluang untuk pengenaan tarif dagang yang lebih tinggi.
Trump menyampaikan hal tersebut sebelum bertemu dengan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung di Washington pada Senin (25/8). Trump juga mengatakan China punya "beberapa kartu", tapi AS juga punya "kartu yang luar biasa".
"Tetapi saya tidak ingin memainkan kartu-kartu itu. Jika saya memainkan kartu-kartu itu, itu akan menghancurkan China, saya tidak akan memainkan kartu-kartu itu," kata Trump.
Sayangnya, belum jelas apakah "kartu" Trump merujuk pada pengaruh ekonomi, pengaruh politik, atau hal lainnya.
Baca juga: "Flying Tigers", saat China dan Amerika bersatu di angkasa
Guo Jiakun mengucapkan, China selalu mengikuti prinsip saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama saling menguntungkan untuk menangani dan mengembangkan hubungannya dengan AS.
China, ujar Guo Jiakun, juga akan dengan tegas menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan negara tersebut. "Kami berharap AS akan bekerja sama dengan kami untuk bersama-sama mempromosikan perkembangan hubungan bilateral yang stabil, sehat, dan berkelanjutan," tambahnya.
AS dan China telah beberapa kali melakukan negosiasi terkait tarif dagang setelah pada April, AS menerapkan tarif 145 persen terhadap produk-produk China dan China menetapkan tarif 125 persen terhadap produk AS.
Berdasarkan hasil pertemuan terakhir pada 12 Agustus 2025, disepakati AS menerapkan tarif 30 persen atas barang China dan China menerapkan tarif 10 persen atas barang AS hingga 10 November 2025.
Namun, kesepakatan tersebut rawan karena Washington sebelumnya menuduh Beijing melanggar perjanjian terkait dengan lambannya persetujuan lisensi ekspor untuk logam tanah jarang dari China.
China adalah produsen logam tanah jarang utama di dunia yang digunakan untuk membuat magnet yang penting bagi industri otomotif, elektronik, dan pertahanan.
Baca juga: Perang tarif, impor barang China oleh AS terendah dalam 16 tahun
Baca juga: Beijing: AS "pengganggu terbesar" perdamaian di Laut China Selatan
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.