Liputan6.com, Jakarta Kristo Immanuel kini dikenal luas sebagai sutradara muda yang namanya semakin bersinar berkat film "Tinggal Meninggal". Namun, sedikit yang tahu bahwa perjalanan kariernya dimulai jauh sebelum layar lebar memanggilnya. Sosoknya yang dikenal sebagai komika dan kreator konten ternyata memiliki perjalanan panjang yang sarat makna dan dedikasi.
Di balik sorotan kamera dan gelak tawa dalam kontennya, tersimpan kisah pribadi yang sangat erat dengan keluarga. Bukan hanya peran sebagai anak dan kakak, namun juga sebagai suami yang menjadikan pasangannya sebagai mitra kerja dalam proses kreatif. Dukungan keluarga yang solid inilah yang menjadi fondasi dari segala pencapaian yang kini ia nikmati.
Menariknya, kecintaan Kristo terhadap dunia film tidak tumbuh secara tiba-tiba. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan proses produksi film melalui permainan sederhana bersama adik dan keponakannya. Kini, pengalaman masa kecil itu telah berkembang menjadi visi profesional di industri perfilman nasional.
1. Awal Mula Impian Jadi Sutradara
Kristo mulai tertarik pada dunia perfilman sejak usia delapan tahun. Kala itu, ia mulai membuat film pendek dengan hanya bermodal gadget milik ibunya, melibatkan adik dan keponakannya sebagai pemeran utama. Proyek kecil ini menjadi pintu masuk bagi Kristo untuk mendalami proses pembuatan film secara lebih serius.
Ketertarikannya terhadap sinema tak berhenti di situ. Ia melanjutkan eksplorasi dengan menyaksikan beragam film, termasuk film masa kecil favoritnya seperti Petualangan Sherina dan The Chronicles of Narnia. Film-film tersebut memberikan pengaruh besar terhadap cara pandangnya dalam berkarya di dunia film.
Seiring berjalannya waktu, Kristo mulai terlibat dalam dunia profesional sebagai kurator film. Dari pengalaman inilah ia memperluas wawasannya, menonton hingga ratusan film dalam satu periode untuk memahami ragam gaya dan bahasa sinema yang berbeda-beda.
2. Perjalanan Karier di Balik Layar
Sebelum dikenal sebagai kreator konten yang piawai menirukan berbagai suara, Kristo telah lebih dulu merasakan dinamika di balik layar industri film. Ia pernah menjadi co-director dalam film Kaka Boss (2024) dan juga assistant-director dalam film Teka Teki Tika (2021).
Pengalaman tersebut memperkaya pemahamannya tentang proses produksi film secara teknis dan emosional. Ia belajar tentang pentingnya sinergi antara tim produksi, serta bagaimana detail kecil dalam pengarahan bisa memberikan dampak besar pada hasil akhir sebuah film.
Keterlibatannya dalam berbagai peran di belakang layar juga memberinya kesempatan untuk melihat dari sudut pandang yang lebih luas—bukan hanya sebagai seniman, tapi juga sebagai pemimpin kreatif yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan narasi.
3. Genre Komedi Gelap dengan Pesan Mendalam dan Isu Neurodivergent
"Tinggal Meninggal" mengusung genre komedi gelap yang memadukan humor dengan sentuhan kesedihan dan pesan mendalam. Perpaduan ini jarang ditemui di perfilman Indonesia, menjanjikan pengalaman menonton yang berbeda. Film ini mengangkat tema universal seperti kesepian, pencarian perhatian, dan dinamika hubungan antarmanusia, dibalut dengan gaya penceritaan yang unik.
Fokus utama film ini adalah karakter Gema, seorang pria neurodivergen berambut ikal yang kesulitan beradaptasi dengan lingkungannya. Kristo Immanuel berharap film ini dapat mengubah sudut pandang masyarakat terhadap individu neurodivergen dan mereka yang sering bergulat dengan pikiran sendiri. Pesan ini menjadikan "Tinggal Meninggal" lebih dari sekadar hiburan, tetapi juga sebuah karya yang edukatif dan empatik.
Melalui karakter Gema, film ini mencoba menyuarakan pengalaman individu yang mungkin merasa terpinggirkan atau sulit dipahami. Kristo Immanuel menyebut film ini sebagai "surat cinta" bagi mereka yang neurodivergen, serta bagi siapa pun yang kerap bergulat dengan pikiran-pikirannya sendiri. Pendekatan ini menunjukkan kedalaman visi Kristo sebagai sutradara, yang tidak hanya ingin menghibur tetapi juga memberikan dampak sosial.
4. Peran Keluarga sebagai Fondasi Kesuksesan
Kristo merupakan anak sulung dari dua bersaudara. Ia memiliki seorang adik perempuan bernama Esteriani Putri yang cukup dekat dengannya. Keduanya sering menunjukkan kedekatan melalui berbagai unggahan di media sosial yang menggambarkan kehangatan khas keluarga.
Orangtuanya, Djoko Koestrianto dan Vonny Magdalena, selalu memberi dukungan penuh terhadap minat anak-anaknya di dunia seni. Mereka bahkan hadir di berbagai momen penting dalam kehidupan Kristo, dari masa pendidikan hingga peluncuran proyek film.
Jessica Tjiu, sang istri yang dinikahinya pada Februari 2022, juga bukan sekadar pasangan hidup. Ia menjadi partner kreatif yang turut menyumbang ide dan terlibat langsung dalam berbagai proyek, termasuk sebagai co-writer film "Tinggal Meninggal".
5. Kreativitas yang Lahir dari Rumah
Kristo menganggap bahwa kreativitas adalah bahasa cinta yang mengikat keluarganya. Sejak kecil, ia terbiasa menciptakan konten bersama keluarganya dengan peralatan seadanya. Hal ini membentuk kebiasaan yang berlanjut hingga dewasa, di mana rumah menjadi tempat eksplorasi ide-ide baru.
Salah satu momen yang membekas adalah ketika ia dan keluarganya membuat film pendek hanya dengan peralatan rumah tangga. Meskipun sederhana, karya tersebut menjadi batu loncatan bagi Kristo untuk percaya bahwa ide besar bisa lahir dari ruang yang paling kecil.
Kebiasaan berkarya secara kolektif ini menjadi ciri khas Kristo yang membedakannya dari sineas lain. Ia percaya bahwa kreativitas bukan sekadar proses individual, melainkan hasil dari interaksi yang hangat dengan orang-orang terdekat.
6. Terpilih Sebagai Ambassador Festival Film
Pada tahun 2024, Kristo ditunjuk sebagai Festival Ambassador untuk Jakarta Film Week. Penunjukan ini menjadi pengakuan terhadap kontribusinya dalam dunia film, terutama dari sisi inovasi dan keberanian mengeksplorasi tema-tema segar.
Ia menganggap peran ini bukan sekadar simbolis, melainkan tanggung jawab untuk mempromosikan sinema kepada khalayak yang lebih luas. Dalam berbagai kesempatan, Kristo sering menyampaikan pentingnya membuka akses terhadap film-film alternatif lewat festival.
Festival film, menurutnya, menjadi ruang penting bagi kreator muda untuk memperluas wawasan dan terhubung dengan komunitas sinema...