Jakarta (ANTARA) - Ketua Bidang Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Handojo Gunawan Kusuma menyampaikan bahwa total aset investasi industri asuransi jiwa tercatat sebesar Rp551,31 triliun hingga Juni 2025.
Berdasarkan portofolio, ia mengatakan instrumen yang mengalami pertumbuhan paling signifikan adalah Surat Berharga Negara (SBN) yang naik 14,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp223,03 triliun.
“(Penempatan investasi pada SBN) ini menjaminkan komitmen industri asuransi jiwa dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional,” ucap Handojo Gunawan Kusuma di Jakarta, Jumat.
Ia menyatakan penempatan pada SBN yang merupakan instrumen investasi jangka panjang juga merupakan salah satu strategi perusahaan asuransi jiwa untuk memenuhi liabilitas di masa mendatang.
Selain SBN, industri asuransi jiwa juga menempatkan investasi pada bangunan dan tanah yang meningkat 6,2 persen yoy menjadi Rp16,99 triliun, serta penyertaan langsung yang tumbuh 7 persen yoy menjadi Rp29,15 triliun.
Kinerja investasi industri asuransi jiwa juga tercatat positif pada instrumen emas yang melonjak 25,9 persen yoy menjadi Rp5,54 triliun.
Sementara itu, penempatan investasi di deposito tercatat Rp33,71 triliun, atau turun 6,8 persen yoy, dengan kontribusi 6,1 persen dari total investasi.
Handojo menuturkan bahwa penempatan investasi pada saham juga menurun 13,6 persen yoy menjadi Rp121,5 triliun.
Meski pasar modal masih berfluktuasi, ia memastikan para pelaku industri asuransi jiwa menerapkan strategi investasi secara hati-hati dan sesuai regulasi dengan mengutamakan perlindungan jangka panjang bagi nasabah.
Ia pun mengajak perusahaan asuransi jiwa untuk meningkatkan edukasi kepada masyarakat agar tidak panik saat terjadi gejolak di pasar modal maupun fluktuasi instrumen lainnya.
“Asuransi jiwa adalah kontrak jangka panjang, dan kami mengedepankan strategi investasi yang adaptif dan berorientasi dalam pelindungan nasabah, dan kami juga terus mendorong edukasi kepada pemegang polis agar tidak muncul kepanikan jika terjadi fluktuasi bersifat jangka pendek,” imbuh Handojo.
Baca juga: AAJI: Asuransi jiwa bayar klaim Rp72,47 triliun pada semester I 2025
Baca juga: AAJI sebut konsolidasi BUMN asuransi tak berdampak pada bisnis swasta
Baca juga: AAJI sebut digitalisasi jadi arah pengembangan industri asuransi
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.