TEMPO.CO, Jakarta - Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk anak sekolah akan dimulai pada Senin 4 Agustus 2025 bertepatan dengan tahun ajaran baru. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan program CKG sudah dilakukan lebih dahulu untuk 7.000 anak di 72 sekolah rakyat. Dari hasil pemeriksaan kesehatan itu, sebesar 49 persen siswa banyak menderita masalah gigi.
"Masalahnya anak-anak ini gigi nomor satu," kata Budi dalam konferensi pers via zoom, Kamis, 31 Juli 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Budi mengatakan masalah kesehatan lain yang banyak ditemukan yaitu kurang bugar 33 persen dan anemia 26 persen. Pemerintah juga menemukan masalah kesehatan mata, anemia, hingga penyakit menular seperti TBC.
Selain itu, Budi mengatakan pemerintah menemukam banyak anak mengalami gangguan kecemasan.
"Kami melihat bahwa ternyata cukup banyak yang mengalami kecemasan, depresi, mungkin terlalu banyak lihat gadget, baca di sosial media," kata Budi.
Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes Maria Endang Sumiwi sebelumnya mengatakan program CKG akan diluncurkan di 12 sekolah pada Senin 4 Agustus 2025.
Sekolah itu yakni SD Cideng 02 Jakarta Pusat, MIN 8 Jagakarsa Jakarta Selatan, SMKN 26 Jakarta Timur, Pesantren Assidiqiyah Kedoya, Jakarta Barat, SMA Negeri 6 Tangerang Selatan, dan SD Prestasi Global Depok.
Lalu SMPN 5 Kota Bandung, MTs Persis 1-2 Kota Bandung, SLB Negeri Kota Semarang, SMPN 1 Padangan Bojonegoro, Pesantren Al Amanah Sidoarjo, dan SMPK Penabur Gading Serpong.
Maria menjelaskan setiap tingkat pendidikan memiliki jumlah pemeriksaan berbeda. Anak SD akan mendapatkan 13 pemeriksaan. Pemeriksaan itu di antaranya masalah gigi, perilaku berisiko, aktivitas fisik, tekanan darah, gula darah, tuberkulosis, telinga, mata, kesehatan jiwa, dan hepatitis, kesehatan reproduksi, hingga riwayat imunisasi.
Sementara ada 15 pemeriksaan untuk anak SMP dan 14 pemeriksaan untuk anak SMA. Salah satu pemeriksaan itu yakni talasemia atau kelainan darah.
Maria mengatakan hasil pemeriksaan kesehatan itu akan menjadi rujukan puskesmas. Puskesmas nantinya akan memutuskan perlu atau tidak memberikan pengobatan.
Skolah akan menjadikan hasil pemeriksaan kesehatan itu untuk membuat program kesehatan. Misalnya, ditemukan banyak kasus berat badan. Nantinya akan dibuat program untuk menurunkan berat badan.
Di luar anak sekolah, sejak diluncurkannya pada Februari 2025, sudah ada 16,4 juta orang yang memanfaatkan layanan negara tersebut.