Ankara (ANTARA) - Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Jae Myung mengatakan pada Selasa bahwa ia berharap adanya perundingan antar-Korea setelah Pyongyang mulai membongkar pengeras suara propaganda, menurut media setempat.
"Kami baru-baru ini membongkar pengeras suara kami di sepanjang perbatasan dan saya memahami bahwa Korea Utara juga telah mencopot beberapa pengeras suaranya, meskipun saya tidak yakin apakah sudah tuntas," ujar Lee dalam rapat kabinet.
Menurut Lee tindakan timbal balik seperti itu secara bertahap akan mengarah pada dialog dan komunikasi antara kedua belah pihak, dan berharap dapat membuka pintu dialog dengan Korea Utara, Yonhap News melaporkan.
Pernyataan terbarunya disampaikan, setelah Korea Utara pada Sabtu mulai membongkar pengeras suara propaganda yang menjadi tanda bahwa ketegangan kedua Korea mulai mereda.
Lee, yang mulai menjabat pada Juni, memerintahkan penangguhan siaran pengeras suara di sepanjang garis pemisah yang menghadap Korea Utara, dan juga menghentikan pengiriman selebaran anti-Pyongyang, sebagai bagian dari upayanya untuk memulihkan kepercayaan dan dialog antar-Korea.
Sebagai langkah balasan, Pyongyang juga menghentikan siarannya dan kini sedang membongkar infrastrukturnya.
Korsel menampung lebih dari 28.500 tentara Amerika Serikat (AS) di bawah perjanjian pertahanan bilateral, karena perang antar-Korea tahun 1950-an berakhir dengan perjanjian gencatan senjata resmi, bukan gencatan senjata sementara, sehingga secara teknis kedua Korea masih tetap dalam keadaan berperang.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Korsel copot pengeras suara di perbatasan Korut demi redakan tensi
Baca juga: Korut bongkar pengeras suara di perbatasan ikuti jejak Korsel
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.