Jakarta, CNBC Indonesia - Suasana di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, mendadak lengang. Banyak kios tutup, transaksi nyaris tak ada, dan sebagian pedagang memilih berhenti berjualan sementara. Penyebabnya? Kekhawatiran terseret kasus pengoplosan beras yang belakangan mencuat.
Ketua Koperasi PIBC, Zulkifli, mengatakan kondisi pasar sudah tidak kondusif sejak sebulan terakhir. Banyak toko tutup, pembeli tidak datang, dan suasana penuh kekhawatiran.
"Sampai hari ini kami masih belum bisa jualan. Artinya kami sudah 1 bulan sampai saat ini belum bisa jualan," ujarnya kepada CNBC Indonesia belum lama ini.
Meski sebagian pedagang tetap datang ke pasar, mayoritas toko memilih tutup. Ini karena kekhawatiran terseret kasus pengoplosan.
"Pasar ini orang yang datang juga sudah nggak ada. Walaupun kita datang, tapi toko banyak yang nggak buka. Intinya kita nggak kondusif dulu buat sementara," katanya.
Zulkifli menyebut sekitar 80% toko di Pasar Induk Beras Cipinang kini tutup. Bahkan yang masih buka pun cenderung tidak melayani pembeli karena takut dicurigai. "Kalaupun kami buka toko, nggak ada orang yang belanja. Kalau ada yang mau belanja satu orang, kami dicurigai," ujarnya.
"Sudah banyak yang ditangkap-tangkap di Pasar Induk ini," imbuhnya.
Situasi ini berdampak luas, terutama bagi para buruh harian yang menggantungkan hidup di pasar. "Yang kasihan itu adalah buruh-buruh yang datang mencari nafkah dari Tangerang, Banten, Bogor, dan daerah lain. Mereka datang untuk mencari sesuap nasi, tapi pasar sedang tidak kondusif," ucapnya.
Menurut Zulkifli, sepinya pasar juga dipengaruhi harga beras yang tinggi. Pedagang kesulitan menjual karena dibatasi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang tidak sesuai dengan harga beli.
"Sebulan yang lalu kami masih beli beras itu di atas Rp13.500 sampai Rp13.800 per kg. Sedangkan harga HET Rp12.500 per kg. Mungkinkah kami yang beli beras Rp13.500 per kg akan menjual di bawah Rp12.500 per kg? Kan nggak mungkin," tegasnya.
Selain itu, pasokan beras juga berkurang karena banyak diserap Perum Bulog untuk cadangan beras pemerintah (CBP). "Beras masuk pasar induk biasanya 3.000 ton per hari atau 300 mobil. Sekarang 20-30 mobil saja sulit ditemukan," jelasnya.
Zulkifli menegaskan pedagang di PIBC bukan pelaku pengoplosan beras medium menjadi premium. "Kalau aduk-mengaduk beras curah, itu tidak dilarang. Yang dilarang adalah mengoplos beras medium menjadi premium," tuturnya.
Ia berharap pemerintah memberi jaminan agar pedagang bisa kembali berjualan tanpa rasa curiga. "Kami ingin diberi kenyamanan. Kalau bisa kami mohon kepada Bapak Presiden, Kapolri, dan Polda, kami diberi secercah harapan. Kami bisa kerja lagi, bisa menghidupi keluarga kami," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Satgas Pangan Polri Brigjen Helfi Assegaf menegaskan pihaknya sudah mengimbau produsen untuk menjual beras sesuai komposisi yang tertera di kemasan. "Satgas pangan sudah menyampaikan kepada produsen, dipersilahkan menjual sesuai komposisi yang ada dalam kemasan," tegasnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Beras Naik saat Stok Numpuk, Mentan Amran Bongkar Pelakunya Ini