Liputan6.com, Jakarta Legenda Manchester United, Paul Scholes, menyatakan ketidaksetujuannya terhadap kemungkinan Roberto Mancini menjadi manajer baru Setan Merah. Menurutnya, klub seharusnya tidak mendatangkan sosok yang memiliki latar belakang dengan rival sekota, Manchester City.
Nama Mancini muncul sebagai kandidat pengganti Ruben Amorim yang sedang berada dalam tekanan di Old Trafford. Amorim gagal menunjukkan performa stabil sejak ditunjuk menggantikan Erik ten Hag hampir setahun lalu.
Pelatih asal Portugal itu hanya mampu membawa United finis di peringkat ke-15 Premier League musim lalu. Sementara di musim 2025/2026, performa tim masih angin-anginan dengan tiga kemenangan, tiga kekalahan, dan satu hasil imbang.
Sejumlah nama seperti Gareth Southgate, Oliver Glasner, Zinedine Zidane, hingga Mancini disebut masuk dalam daftar incaran. Namun, Scholes menilai pendekatan tersebut tidak mencerminkan nilai dan identitas sejati Manchester United.
Kritik Scholes Terhadap Arah Klub
Dalam wawancara dengan The Times, Scholes menilai bahwa arah rekrutmen di Manchester United sudah melenceng dari tradisi klub. Ia menyoroti keputusan klub yang kerap mengambil staf atau eks pegawai dari Manchester City.
Scholes menganggap langkah tersebut tidak sejalan dengan karakter dan DNA yang selama ini melekat pada United. Ia menegaskan, semangat yang ada di Old Trafford harus dibangun dari orang-orang yang benar-benar memahami klub.
“Kamu punya Jason Wilcox, Omar Berrada, dan lainnya,” kata Scholes kepada The Times. “Saya pikir Manchester United tidak seharusnya melakukan hal itu.”
“City memang hebat dalam sepuluh tahun terakhir, dan kita berharap mereka membawa sedikit pengaruh baik, tapi itu bukan sesuatu yang diinginkan oleh orang Manchester United. Itu bukan yang kami mau dan mungkin bukan yang diinginkan para fans juga,” tambahnya.
Soroti Hilangnya Identitas Klub
Scholes juga menyinggung soal hilangnya jati diri Manchester United. Ia merasa klub kini tidak lagi memiliki banyak sosok yang memahami makna sebenarnya menjadi pemain dan bagian dari United.
Menurutnya, hanya sedikit orang di dalam struktur klub yang tahu apa artinya bermain untuk tim sebesar United. Ia menilai bahwa mentalitas dan keberanian harus menjadi fondasi utama bagi siapa pun yang mengenakan seragam merah tersebut.
“Kamu bicara soal DNA, tapi tidak ada yang benar-benar tahu apa itu menjadi orang Manchester United,” ujar Scholes. “Darren Fletcher adalah satu-satunya yang tahu rasanya menjadi pemain United.”
“Dan lihatlah, kamu tidak harus selalu jadi pemain terbaik, tapi kamu harus punya keberanian untuk bermain bagi klub ini, bukan begitu?” lanjut Scholes menegaskan.
Nicky Butt Sependapat dengan Scholes
Mantan rekan setim Scholes, Nicky Butt, juga mengungkapkan pandangan serupa. Ia menilai langkah Manchester United yang sering merekrut orang-orang dari Manchester City sebagai sesuatu yang membingungkan.
Butt menyebut bahwa klub sebesar United seharusnya bisa merekrut pelatih atau staf yang sesuai dengan identitasnya sendiri. Ia mencontohkan cara klub lain seperti Real Madrid dan Barcelona yang tidak saling mengambil staf satu sama lain.
“Ini luar biasa. Setiap staf City kini bekerja di Manchester United,” kata Butt. “Real Madrid tidak akan melakukan itu dengan Barcelona, begitu pula sebaliknya.”
“Jika kamu punya DNA yang kuat, kamu seharusnya bisa memilih pelatih terbaik dengan karakter tepat. Dulu United melakukannya dengan Kieran McKenna, tapi sekarang hanya Darren Fletcher yang tersisa,” ujar Butt.