Washington (ANTARA) - Pemerintahan Trump belum mencapai konsensus terkait kemungkinan langkah Israel mencaplok lebih banyak wilayah di Tepi Barat yang diduduki, sebut laporan Axios pada Rabu (3/9), mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Dua pejabat Israel mengatakan kepada Axios bahwa Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio telah menegaskan dalam pertemuan tertutup bahwa dia tidak menentang aneksasi Israel atas Tepi Barat. Begitu pula pemerintahan Trump pun tidak akan menentangnya.
Namun, utusan khusus Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, menganggap hal tersebut sebagai hambatan bagi kerja sama AS dengan dunia Arab dalam rencana setelah perang untuk Gaza, dan ancaman bagi potensi kesepakatan damai Saudi-Israel, kata sumber tersebut.
Menurut laporan tersebut, Uni Emirat Arab telah memberi tahu pemerintahan Trump bahwa aneksasi Tepi Barat akan merusak Perjanjian Abraham (Abraham Accords), karena syarat UEA menandatangani dokumen tersebut pada 2020 adalah Israel tidak akan melakukan aneksasi.
"Rencana-rencana ini, jika terlaksana, akan sangat merugikan hubungan UEA-Israel. Dan rencana-rencana ini akan merusak visi integrasi regional yang tersisa. Dalam banyak hal, pilihan yang dihadapi Israel saat ini adalah aneksasi atau integrasi," kata sumber Pemerintah UEA kepada Axios.
Baca juga: Eks pejabat AS: Israel ingin perang di Gaza berlangsung puluhan tahun
Rubio dijadwalkan mengunjungi Yerusalem Timur untuk menghadiri acara kelompok pemukim di lokasi arkeologi sensitif secara politik.
Menteri Urusan Strategis Israel Ronald Dermer juga diperkirakan ke Washington pekan depan untuk bertemu Rubio dan Witkoff.
Departemen Luar Negeri AS dan Gedung Putih menolak memberikan komentar apa pun terkait masalah tersebut.
Aktivitas permukiman Israel di Tepi Barat tetap menjadi salah satu masalah utama dalam hubungan Israel dengan komunitas internasional dan Otoritas Palestina.
Selain itu, hal tersebut menjadi salah satu hambatan dalam upaya mencapai perdamaian dengan Palestina, yang menganggap aktivitas permukiman Israel sebagai kebijakan untuk memperkuat Israel di wilayah Palestina.
Sumber: Sputnik-OANA
Baca juga: Spanyol: Krisis Gaza episode paling kelam dalam hubungan internasional
Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.