Pengamat Militer: Butuh Roadmap dan Badan Khusus untuk Wujudkan Kemandirian Industri Pertahanan

1 month ago 15
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
 Butuh Roadmap dan Badan Khusus untuk Wujudkan Kemandirian Industri Pertahanan TNI AD saat ini masih aktif mengoperasikan Tank AMX 13 sekitar 275 unit.(Dok.TNI)

PENGAMAT militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi, menilai menilai pemerintah saat ini sedang menunjukkan komitmen besar untuk mendorong kemandirian industri pertahanan. Hal itu tercermin dari berbagai proyek strategis seperti kapal selam Scorpene, Kapal Induk Landing Helicopter Dock (LHD), Frigate Merah Putih, hingga pengembangan drone, rudal dan roket. 

“Namun untuk memastikan seluruh inisiatif ini tidak bersifat simbolik atau parsial, Indonesia perlu membangun fondasi kelembagaan dan strategi jangka panjang yang kuat,” kata pria yang kerap disapa Fahmi itu kepada Media Indonesia pada Kamis (26/6).

Menurut Fahmi, pemerintah perlu mempertimbangkan secara serius pembentukan badan industri pertahanan yang otoritatif seperti yang dimiliki Turki yakni Savunma Sanayii Ba?kanl??? (SSB) atau Badan Industri Pertahanan Turki. Dikatakan bahwa keberadaan SSB terbukti mempercepat lokalisasi teknologi dan menyinkronkan kebutuhan militer dengan kapasitas industri nasional.

“Badan ini bukan sekadar regulator atau fasilitator proyek, tetapi bertindak sebagai perancang kebijakan industri pertahanan nasional, pengelolaan portofolio strategis, sekaligus penghubung aktif antara pemerintah, TNI, lembaga riset, perguruan tinggi, dan pelaku industri,” imbuhnya. 

Fahmi menilai, di tengah tantangan fragmentasi kebijakan antar-lembaga, tumpang tindih kewenangan, serta lemahnya orkestrasi riset dan hilirisasi, kehadiran badan industri pertahanan yang kuat dan langsung bertanggung jawab kepada Presiden atau Menteri Pertahanan dapat memperkuat kepemimpinan nasional dalam sektor ini. 

“Namun tentu, kehadiran badan ini perlu diikuti dengan revisi regulasi seperti UU Industri Pertahanan dan peraturan turunannya, agar tidak tumpang tindih dengan fungsi Kementerian/lembaga existing,” ujar akademisi dari Universitas Airlangga itu. 

Selain kelembagaan, Fahmi menurutkan untuk mewujudkan industri pertahanan yang mandiri, diperlukan road map atau peta jalan jangka menengah dan panjang yang terencana agar eksekusi berbagai pembangunan alutsista di dalam negeri tidak mengalami stagnansi. 

“Roadmap ini harus mengaitkan proyeksi kebutuhan postur pertahanan TNI dengan kemampuan penguasaan teknologi strategis. Ia juga harus dilengkapi skema insentif investasi, pendanaan riset, serta keterlibatan UMKM dan swasta agar ekosistem pertahanan nasional tidak bergantung pada satu-dua entitas saja,” tuturnya. 

Di samping itu, Fahmi menekankan hal lain yang krusial untuk meningkatkan industri pertahanan adalah adanya pengawalan serius terhadap transfer teknologi (ToT). 

“ToT dari proyek kapal selam, drone, atau radar seharusnya tidak berhenti di tahap perakitan atau pelatihan teknis, tapi benar-benar dimanfaatkan untuk membangun kemandirian pada komponen-komponen kunci seperti avionik, sistem senjata, dan propulsion misalnya,” ucapnya. 

Lebih lanjut, Fahmi menegaskan bahwa penguatan alutsista Indonesia bukan lagi opsi, tapi sebuah keharusan strategis di tengah rivalitas geopolitik global yang semakin tak menentu khususnya dari ketegangan Laut China Selatan, Perang Ukraina, hingga konflik Israel-Iran. 

“Indonesia berada di titik persimpangan penting dalam sejarah pertahanannya, apakah akan terus menjadi negara pengguna (importir) alutsista atau bertransformasi menjadi produsen yang andal dan mandiri,” tuturnya. 

Fahmi menjelaskan penguatan alutsista sangat penting bagi TNI sebagai deterrence (daya tangkal) terhadap potensi agresi atau pelanggaran wilayah, kemampuan respons cepat terhadap ancaman non-konvensional seperti infiltrasi laut, terorisme lintas batas, hingga gangguan keamanan siber.

“Penguatan alutsista dalam negeri juga semakin penting untuk mendukung misi kemanusiaan, perdamaian, dan stabilitas kawasan, termasuk operasi SAR, bantuan bencana, dan evakuasi WNI,” katanya. 

Kendati demikian, Fahmi menilai bahwa pemerintah Indonesia masih menemui jalan terjal dalam memperkuat industri pertahanan khususnya penyediaan alutsista, mulai dari   masih ketergantungan pada komponen impor dan keterbatasan pasokan global hingga pendanaan yang belum stabil,

“Ketidaksinkronan antara kebutuhan TNI dan kapasitas industri nasional, yang menyebabkan gap antara permintaan (demand) dan pasokan (supply). Pendanaan strategis jangka panjang juga belum stabil, padahal proyek pertahanan bersifat multiyears dan padat modal,” tukasnya.

Fahmi juga menilai kurangnya talenta dan SDM teknologis dalam negeri, terutama di bidang desain sistem senjata dan rekayasa material militer, serta belum adanya otoritas tunggal yang mampu mengorkestrasi lintas aktor, dari Kemenhan, KKIP, TNI, industri, hingga akademisi dapat menjadi faktor gagalnya reformasi pertahanan. 

“Jika tidak ada reformasi kelembagaan dan perencanaan terintegrasi, maka berbagai proyek unggulan saat ini, sebaik dan sehebat apapun teknologinya, bisa saja terhenti di tengah jalan atau tidak memberi kontribusi nyata pada kemandirian jangka panjang,” pungkasnya. (P-4)

Read Entire Article