Liputan6.com, Jakarta - Pementasan teater Bunga Penutup Abad kembali menyapa para pencinta sastra dan teater Ranah Air pada 29-31 Agustus 2025 mendatang di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan. Kabar ini disampaikan saat jumpa pers, Jumat (15/08/2025).
Pertunjukan teater produksi Titimangsa dan Bakti Budaya Djarum Foundation ini kembali setelah 7 tahun lamanya, tercatat penyelenggaraan terakhir pada 2018. Pementasan ini merupakan alih wahana dari dua buku pertama Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer, yaitu Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa.
“Bagi kami, karya-karya Pram memiliki semangat dan nilai-nilai yang masih sangat relevan dengan kondisi bangsa kita saat ini. Mengangkatnya kembali ke panggung adalah cara kami merayakan dan mengingatkan kita semua untuk makin mencintai bangsa ini,” ujar Happy Salma, produser pementasan ini.
Teater Bunga Penutup Abad tahun ini kembali disutradarai Wawan Sofwan. Pemainnya yakni Happy Salma sebagai Nyai Ontosoroh, Reza Rahadian sebagai Minke, Chelsea Islan sebagai Annelies, Andrew Trigg sebagai Jean Marais, dan Sajani Arifin sebagai May Marais.
Kehidupan Putri Diana memang menarik untuk diketahui. Oleh karenanya, sebuah teater pertunjukkan di New York, akan menyelenggarakan drama musikal mengenai kehidupan pribadi Putri Diana pada maret 2020.
Sekaligus Peringati Seabad Pram
Tahun 2025 juga menandai 100 tahun kelahiran Pramoedya Ananta Toer sehingga pas menjadi momentum refleksi sekaligus perayaan atas kontribusinya bagi perkembangan sastra, sejarah, pemikiran, dan kebudayaan Indonesia.
Pementasan Bunga Penutup Abad tahun ini makin spesial karena turut menjadi rangkaian program satu tahun peringatan Seabad Pram yang diprakarsai oleh Pramoedya Ananta Toer Foundation.
“Kami melihat bagaimana karya sastra Pramoedya Ananta Toer memiliki cerita dan karakter kuat dan sangat berkesan di hati penonton. Kehadiran kembali pementasan ini membuktikan bahwa karya teater yang berkualitas selalu layak untuk diapresiasi,” Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian, membeberkan.
Hadirkan Kebaruan Pada Naskah
Pementasan Bunga Penutup Abad kali ini memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan pentas sebelumnya. Dari segi naskah, cerita mengalami sedikit penyesuaian dan dipadatkan sehingga penonton akan mendapat sajian karya yang segar.
“Ketika kembali menerima tugas sebagai sutradara, saya punya satu tawaran kepada produser, yaitu saya mau utak-atik lagi naskah untuk memperkuat struktur dramatiknya,” ujar Wawan Sofwan.
Wawan Sofwan mengungkapkan bahwa ceritanya akan terus relevan dengan zaman sekarang, terutama bagi generasi muda. “Alih wahana ini akan menjadi pemantik bagi generasi muda untuk mengetahui apa itu Bunga Penutup Abad, diangkat dari novel apa, dan siapa pengarangnya. Dengan demikian generasi muda akan semakin mengenal karya-karya sastra Indonesia lebih jauh lagi,” tuturnya.
Tentang Bunga Penutup Abad
Pementasan teater Bunga Penutup Abad merupakan produksi ke-88 Titimangsa, berkisah mengenai kehidupan Nyai Ontosoroh dan Minke setelah kepergian Annelies ke Belanda.
Nyai Ontosoroh khawatir mengenai keberadaan Annelies sehingga mengutus pegawainya, yaitu Robert Jan Dapperste atau Panji Darman, untuk menemani ke mana pun Annelies pergi. Kehidupan Annelies sejak berangkat dari Pelabuhan Surabaya terus dikabarkan melalui surat-surat oleh Panji Darman.
Minke selalu membacakan surat-surat itu kepada Nyai Ontosoroh. Surat demi surat membuka pintu-pintu nostalgia antara mereka bertiga, seperti ketika pertama kali Minke berkenalan dengan Annelies dan Nyai Ontosoroh, bagaimana Nyai Ontosoroh digugat anak tirinya, sampai Annelies terpaksa dibawa pergi ke Belanda berdasarkan keputusan pengadilan putih Hindia Belanda.
Di pengujung cerita, Minke mendapat kabar bahwa Annelies meninggal di Belanda. Meski sedih, Minke tetap pergi ke Batavia untuk melanjutkan sekolah menjadi dokter. Dalam perjalanan, ia membawa serta lukisan karya sahabatnya, Jean Marais. Lukisan potret Annelies itu diberi nama oleh Minke sebagai Bunga Penutup Abad.