PERAYAAN Hari Masyarakat Adat Internasional akan jatuh pada 9 Agustus 2025. Pada 2025, tema yang diangkat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai masyarakat adat dan akal imitasi atau artificial intelligence (AI).
Seperti dilansir dari laman PBB, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan tema Hari Masyarakat Adat Internasional 2025 adalah, "Indigenous Peoples and Artificial Intelligence (AI): Defending Rights, Shaping Futures". "Tema peringatan tahun ini menyoroti risiko dan peluang dari kecerdasan buatan bagi masyarakat adat," ungkap Guterres.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Guterres, AI menjadi teknologi yang mampu membantu tugas masyarakat adat dalam melestarikan bahasa dan sejarah lisan yang terancam punah. Bukan hanya itu, AI juga dianggap menjadi alat yang tepat untuk menghadapi krisis iklim yang meminggirkan dan mengancam masyarakat adat.
Namun, AI juga bisa mengancam masyarakat adat. Guterres berdalih, AI dibuat tanpa pelibatan nyata dari masyarakat adat. "Teknologi ini justru dapat memperkuat ketimpangan, menyesatkan pemahaman tentang budaya mereka, dan melanggar hak-hak dasar (masyarakat adat)," katanya.
Oleh karenanya, pengusungan tema tahun ini akan menjadi salah satu bentuk perhatian agar masyarakat adat mendapatkan manfaat dari keberadaan AI. Pelibatan teknologi dalam menjaga keberadaan masyarakat adat sebagai penjaga pengetahuan leluhur, pelindung warisan budaya, dan pengelola keanekaragaman hayati dapat tetap berlangsung.
Guterres mengatakan, pengembangan dan tata kelola AI akan menjadi fokus yang didiskusikan untuk membuat pengembangannya lebih inklusif, etis dan adil. Katanya, masyarakat adat tidak boleh menjadi komunitas yang ditinggalkan dalam perkembangan teknologi dan didiskriminasi kedaulatan haknya atas teknologi.
Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay menambahkan, hak-hak masyarakat adat harus dihormati dan tradisi mereka perlu dilindungi. "Mari kita ingat bahwa masyarakat adat adalah aktor perubahan, penjaga sumber daya alam dan pembawa pandangan dunia, pengetahuan, dan keterampilan yang unik," katanya seperti dikutip dari laman UNESCO.