Warga dari empat desa pegunungan di Kecamatan Inamosol, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku, gontong royong membangun jembatan agar bisa dilintasi kendaraan roda dua maupun empat. Jembatan ini merupakan akses satu-satu warga desa ke kota.
Warga dari empat desa yakni Desa Kawatu, Rumberu, Rumbatu dan Manusa ramai-ramai menebang beberapa pohon besar berbentuk gelondongan.
Kayu gelondongan besar memang sering digunakan sebagai material utama jembatan karena kekuatannya dan ketersediaannya di sekitar lokasi pembangunan.
Salah satu warga, Riki Neite, mengatakan, jembatan dibangun di Sungai Waa secara swadaya. Mereka turut dibantu beberapa anggota TNI dan Polri.
“Itu di Sungai Waa, kami bangun secara swadaya dan inisiatif dari masyarakat sendiri. Sebab kalau banjir sungai itu tidak bisa dilewati kendaraan maupun jalan kaki, karena air deras dan dalam," kata Riki kepada kumparan, Senin (18/8).
Riki juga menuturkan sungai tersebut belum ada jembatan permanen, hanya jembatan darurat dari kayu. Jika musim hujan, jembatan lapuk dan rusak karena diterjang banjir.
"Padahal ini satu satunya akses kami ke kota maupun sebaliknya," ucapnya.
Riki berharap di usia kemerdekaan Indonesia yang kini 80 tahun, ada perhatikan serius pemerintah terhadap mereka di daerah pegunungan.
“Pemerintah agar memperhatikan masyarakat di pegunungan, harapan kami mudah-mudahan di HUT Kemerdekaan ini, bisa dapat membuat memperhatikan jalan buat transportasi pegunungan. Karena semua aktivitas kami sering terkendala cuaca alam," kata Riki.
Jembatan penghubung maupun jalan raya yang layak telah lama dinantikan warga di empat desa itu. Sebab jalan mempermudah mereka mendapatkan berbagai layanan.
“Jalan juga tidak bagus kalau musim hujan, terkendala kalau ada masyarakat kena musibah seperti orang melahirkan selalu menderita di jalan," ucapnya.
Jalur lintas di Inamosol telah beberapa kali digusur, namun hingga kini belum juga tuntas dikerjakan. Akibatnya, warga kerap terisolir jika cuaca buruk akibat banjir maupun longsor.