Liputan6.com, Jakarta Teknologi artificial intelligence (AI) tak dapat menggantikan peran dokter. Namun, dapat dijadikan sebagai asisten yang membantu pekerjaan terutama terkait data.
Medical Informatics EMC Healthcare, dr. Bella Desra Andae menyampaikan, ada dua poin utama yang paling sering dilakukan dokter terkait sistem atau pendataan. Yakni input asesmen pasien dan meninjau kembali apa yang sudah diinput untuk menganalisa pasien dan penyakit yang dialaminya.
Sayangnya, digitalisasi sistem tak serta-merta membuat pendataan rapi dan tersusun otomatis. Dokter kerap sibuk harus mengetik dan menyimpan data sesuai tempat (field/folder).
Guna memecahkan tantangan ini, pihak Bella berkolaborasi dengan pengembang aplikasi berbasis AI, InterSystems. Penyedia manajemen data ini kemudian menawarkan IntelliCare™, sebuah sistem rekam medis elektronik berbasis AI.
Dengan teknologi ini, setiap percakapan pasien dan dokter dapat direkam dengan baik dan ditranskrip dalam bentuk teks. Percakapan dapat dirangkumkan oleh AI sehingga dokter lebih fokus pada pasien saat sesi konsultasi.
“Awalnya, dokter skeptis terhadap AI karena berpikirnya AI dapat menggantikan (peran dokter). Tapi ternyata AI yang kami bangun dengan InterSystems merupakan supporting tool (alat pendukung). Ini bisa membantu dokter dalam mengerjakan dua poin utama tadi,” ujar Bella di sela acara Asia Healthcare Summit 2025 di Jakarta, Rabu, 3 September.
“Jadi, alih-alih dokter harus banyak mengklik hanya untuk melihat data pasien, sekarang dokter tinggal tanya ke AI hasil lab terakhir bagaimana dan bisa dirangkumkan, AI yang akan certain semuanya. Nah itu yang kita bilang fitur AI ini benar-benar membantu dokter, asistennya dokter, jadi tidak menggantikan dokter,” kata Bella.
Siapa bilang operasi lutut adalah hal menakutkan, dengan teknologi robotik paling mutakhir, sekarang pasien yang menjalani operasi lutut bahkan besok sudah bisa berjalan lagi. Rumah Sakit EMC Alam Sutera, Tangerang Selatan, jadi rumah sakit pertama d...
Dokter Tak Lagi Lebih Fokus ke Komputer
Bella berkisah, sebelum menggunakan AI untuk rekam medis, pasien kerap merasa bahwa dokter lebih fokus ke komputer ketimbang kepada mereka.
“Dulu sebelum pakai AI, pasien sering bilang dokter suka lebih fokus ke komputer, jadi pasien lagi ngomong dokternya ngetik lihat komputer, banyak klak-klik. Setelah adanya bantuan perekaman AI, sekarang ketika pasien konsultasi, dokter melihatnya ke pasien karena udah enggak butuh lagi sibuk di depan komputer.”
AI akan bertugas untuk mendengarkan, merekam, dan langsung memasukkan data ke dalam rekam medis pasien. Ketika perekaman sudah selesai, dokter dan pasien dapat bersama-sama melihat apa yang mereka obrolkan.
“Sekitar 80 sampai 90 persen dokter kami yang pakai perekaman AI itu merasa ini terlalu lengkap. Karena kan biasanya ketika pasien selesai konsultasi yang kita tulis yang seingatnya saja. Tapi karena bantuan AI, bahkan yang kecil-kecil (detail) pun bisa tercatat,” ujarnya.
AI Mampu Saring Obrolan Medis dan Ramah Lingkungan
Hal-hal yang tercatat oleh AI adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah klinis. Pasalnya, AI dalam IntelliCare memiliki kemampuan untuk membedakan mana obrolan klinis dan mana yang bukan.
AI juga membantu merangkai kata-kata yang lebih baik tanpa singkatan yang membingungkan. Jika pasien meminta resume medis, maka AI dapat membuatkannya dengan rapi.
Di sisi lain, perekaman data digital berbasis AI juga mampu mengurangi penggunaan kertas. Hal ini menunjukkan bahwa selain menghasilkan data yang rinci, penggunaan AI juga dapat disebut ramah lingkungan.
“Tentu saja (ramah lingkungan), dulu dokter itu biasanya saat menulis asesmen perlu sambil lihat rekam medis pasien seperti hasil lab atau hasil radiologi. Sebelum menggunakan AI, rekam medis ini perlu di-print karena perlu membaca sambil input data,” kata Bella kepada Health Liputan6.com.
“Sekarang dengan AI, dokter enggak usah sambil input, AI-nya yang merekam dan dokter tinggal buka hasil lab dari komputer, jadi enggak perlu lagi minta tolong print-kan,” ucap Bella.
Bikin Pasien Lebih Nyaman Saat Konsultasi
Bella menegaskan, penggunaan AI bukan untuk membuat waktu konsultasi menjadi lebih singkat, tapi membuat pelayanan kepada pasien jadi lebih optimal.
“Sebenarnya AI ini bukan bikin jadi cepat-cepatan, justru pasien tuh jadi nyaman. Jadi pengen terus cerita, pengen terus curhat karena dokternya sekarang lebih fokus ke pasien, lebih menanggapi, lebih merespons.”
“Jadi kita fokusnya untuk meningkatkan kualitas, pengennya pasien pelayanannya semakin baik dan pasien puas. Ketika melihat hasil obrolan, pasien dapat melihat bahwa semua yang ia ucapkan terekam dan tertulis dengan baik,” kata Bella.
Dengan demikian, maka kepercayaan pasien terhadap dokter dapat meningkat. Ikatan keduanya menjadi lebih erat.
“Kita dapat docter experience dan dapat juga patient experience-nya dari implementasi fitur AI,” pungkasnya.