Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Republik Indonesia untuk Swiss, Ngurah Swajaya, menegaskan pentingnya optimalisasi implementasi perjanjian Indonesia–EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-E CEPA) dan Bilateral Investment Treaty (BIT) untuk memperkuat hubungan perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Swiss.
Menurut Dubes Ngurah, tantangan utama saat ini adalah meningkatkan pemahaman pelaku usaha, khususnya sektor kecil dan menengah, agar dapat memanfaatkan fasilitas CEPA dan BIT secara optimal guna mendorong pertumbuhan ekonomi kedua negara.
Pernyataan itu disampaikan dalam diskusi panel bertajuk “Indonesia & Switzerland in Dialogue: Free Trade and Economic Security in a Connected World” yang digelar KBRI Bern bekerja sama dengan Asia Club dan Sicherheitspolitisches Forum, Universitas St. Gallen, Kamis (16/10).
Dalam diskusi tersebut, Dubes Ngurah menyoroti besarnya potensi kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Swiss. Ia menyebut Swiss kini menjadi mitra terbesar ketiga Indonesia di kawasan Eropa dalam dua tahun terakhir, setelah Belanda dan Jerman.
Data terbaru menunjukkan, ekspor Indonesia ke Swiss pada paruh pertama 2025 melonjak lebih dari 100 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, mencapai 3,14 miliar dolar AS atau sekitar Rp52 triliun.
Indonesia juga masih mencatat surplus perdagangan signifikan sebesar 1,46 miliar dolar AS pada 2024, sementara nilai investasi Swiss di Indonesia tahun yang sama mencapai 244,9 juta dolar AS atau sekitar Rp3,72 triliun.
Ngurah menilai, peluang kerja sama ekonomi ini semakin terbuka di tengah tren diversifikasi global dan posisi strategis Indonesia dalam kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Ia menambahkan, kondisi makroekonomi Indonesia tetap stabil dengan pertumbuhan positif, PDB terbesar kedua di antara negara anggota G20, serta tingkat inflasi sekitar 3 persen yang termasuk terendah di dunia.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan unilateral tarif yang menekan perdagangan internasional, Dubes Ngurah menilai perjanjian IE-CEPA dapat menjadi instrumen strategis untuk memperkuat kemitraan yang saling melengkapi.
Ia menekankan bahwa kesepakatan tersebut sudah berlaku dan harus dimanfaatkan sebagai peluang untuk memperluas kerja sama sektor swasta.
"CEPA yang telah berlaku juga menjadi salah satu faktor positif untuk dimanfaatkan sebagai peluang," katanya.
Dalam pembahasan lebih lanjut, posisi Indonesia juga dinilai sangat potensial berdasarkan laporan Elite Quality Index 2025 yang menempatkan Indonesia pada kategori dengan kualitas elite institusional yang relatif baik.
Meski demikian, Dubes Ngurah mengakui masih ada sejumlah tantangan klasik yang perlu diperhatikan, seperti birokrasi yang lambat, keterbatasan rantai pasok industri, serta meningkatnya kebutuhan terhadap energi terbarukan.
Ia berharap seminar tersebut dapat meningkatkan pemahaman dunia usaha tentang potensi ekonomi Indonesia sekaligus memperkuat citra positif negara di mata mitra internasional.
Dubes Ngurah menekankan bahwa forum ini menjadi momentum penting untuk memperdalam kerja sama Indonesia–Swiss di tengah dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
Baca juga: Menko IPK: Kerja sama RI-Swiss dukung infrastruktur berkelanjutan
Baca juga: RI gandeng Swiss majukan pendidikan vokasi dan energi terbarukan
Pewarta: Katriana
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.