Jakarta, CNBC Indonesia - Kelompok bersenjata dan gerakan politik Palestina di Gaza, Hamas menolak rencana relokasi penduduk dari kota Gaza. Menurut mereka ini merupakan "gelombang genosida dan pengungsian baru" bagi ratusan ribu penduduk di kawasan itu.
Hamas mengatakan, rencana pengerahan tenda dan peralatan perlindungan oleh Israel ke Gaza selatan merupakan "tipuan yang nyata"
Sebelumnya militer Israel menyatakan siap menyediakan tenda dan peralatan lainnya, pada hari Minggu, (17/8/2025), menjelang rencananya untuk merelokasi penduduk dari zona pertempuran ke selatan. Dengan menggunakan alasan untuk "memastikan keselamatan penduduk".
Mengutip Reuters, Senin (18/8/2025), dalam sebuah pernyataan Hamas mengatakan, pengerahan tenda-tenda dengan tujuan kemanusiaan itu merupakan penipuan yang bertujuan untuk menutupi kejahatan brutal yang dilakukan pasukan Israel.
Israel mengatakan awal bulan ini, mereka bermaksud melancarkan serangan baru untuk merebut kendali atas Kota Gaza utara, pusat kota terbesar di daerah kantong tersebut.
Rencana tersebut telah memicu kekhawatiran internasional atas nasib jalur yang telah dihancurkan tersebut, yang merupakan rumah bagi sekitar 2,2 juta orang.
Hamas Berencana Pindahkan Sandera ke Gaza
Sementara Hamas juga sedang menjajaki kemungkinan pemindahan sandera Israel yang ditawan di jalur Gaza ke kota Gaza.
Melansir, I24 News, Senin (18/8/2025), pemindahan ini masih dalam tahap pertimbangan, yang bertujuan untuk meningkatkan tekanan terhadap Israel dan menahan laju militer ke kota itu.
Menurut berbagai sumber yang dilansir media asal Israel itu, rencana itu berkaitan erat dengan operasi intensif Israel di Gaza. Bahkan beberapa faksi juga berusaha mengaitkan nasib sandera dengan keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Nentanyahu terkait pendudukan kota Gaza.
Seperti diketahui, sejak perang di mulai, Hamas berfokus pada penyelamatan nyawa para sandera untuk digunakan dalam pertukaran tawanan atau untuk menegosiasikan gencatan senjata.
Namun, dengan pertempuran yang semakin intensif dan laporan kemungkinan evakuasi Kota Gaza dalam dua minggu, kelompok tersebut mungkin akan mengadopsi strategi baru.
Seorang pejabat yang dikutip oleh surat kabar tersebut mengatakan,
"Harga yang harus dibayar pasti tinggi-tidak hanya nyawa tentara Israel yang memasuki Gaza, tetapi juga nyawa para sandera."
Pernyataan tersebut menunjukkan, langkah tersebut dimaksudkan untuk memberi sinyal bahwa operasi Israel yang berkelanjutan dapat membahayakan warga sipil Palestina maupun tawanan Israel.
Foto: REUTERS/Ammar Awad
A supporter of hostages kidnapped during the deadly October 7, 2023, attack on Israel by Hamas, holds signs as she takes part in a protest demanding the immediate release of the hostages and the end of the war, as a fire burns in Tel Aviv, Israel, August 7, 2025. REUTERS/Ammar Awad
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hamas Setuju Gencatan Senjata, Ini Jawaban Israel dan AS