Indonesia Jadi Target Ransomware Sepanjang 2025, Apa Penyebabnya?

19 hours ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Perubahan teknologi kian terlihat di tingkat yang tidak bisa dibayangnya. Di tengah modernisasi, Indonesia berada dalam ancaman keterlambatan Artificial Intelligence (AI) dan lonjakan kejahatan digital, khususnya ransomware yang kini menjadi model bisnis menguntungkan bagi hacker.

Pengamat Teknologi Informasi (IT) dan Keamanan Siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, menjelaskan AI saat ini merupakan kelanjutan dari big data. Teknologi tersebut saat ini dikuasai oleh negara maju, seperti Amerika Serikat dan China.

“Kita bisa lihat data center-data center sekarang ada di Amerika Serikat (AS), dan sebagai gambaran data center AI berbeda dengan data center biasa,” tutur Alfons di seminar bertajuk 'Evaluasi Malware 2025, Trend 2026 dan Antisipasinya' yang digelar Vaksincom, Rabu (26/11/2025) di Jakarta.

Alfons memberikan gambaran di mana AS sedang memonopoli data center yang disebutnya ada di "level chip". Hal ini menyebabkan negara-negara lain yang ingin membuat data center harus memiliki chip dari AS.

“Maka yang kita takuti bukan ini (monopoli data center), kita lebih takut kepada budaya digital. Jadi, budaya digital itu bisa memberi ancaman yang lebih besar,” Alfons menjelaskan.

Kekhawatiran saat ini dialihkan dari AI ke program kejahatan digital. Ransomware menjadi model bisnis yang sudah berbeda dengan virus generasi awal (Malware 1.0), di mana tidak memiliki perisai dan tak berkembang dalam hal ekonomi.

“Malware 1.0 yang waktu awal-awal virus love bug, yang kalau datang love letter, besoknya klik lalu kena virus, itu malware 1.0,” ucap Alfons.

Selain 1.0, Alfons juga menjelaskan soal Malware 2.0 (Worm) yang membutuhkan koneksi ke jaringan dan akan aktif otomatis dengan mengeksploitasi celah keamanan atau vulnerability, sehingga saat seseorang tidak meng-klik, maka tidak akan terkena infeksi virus.

“Kalau virus itu aktif, korban membutuhkan bantuan dari pihak ketiga. Jadi, kalau virus masuk ke komputer kita, kita terima virus secara teknis, secara definitif,” Alfons memaparkan.

Bentuk malware terbaru adalah Extortion (Malware 4.0) di mana seseorang ketika sudah mencadangkan data dan tidak ingin membayar, pelaku akan mengancam menyebarkan data meskipun sudah di back-up.

3 Indikator Serangan Ransomware Dinilai Berhasil

Selain menjelaskan soal perkembangan malware, Alfons juga memaparkan syarat-syarat sebuah ransomware dapat dikatakan berhasil.

1. Enkripsi (Encryption)

Secara teknik, seseorang dapat mengamankan data dengan enkripsi. Enkripsi dapat menjadi positif dan negatif tergantung siapa yang memegang kendali. Enkripsi memiliki prinsip privasi public key, seperti satu pasang kunci tidak bisa dibuka dengan kunci lain.

2. Anonimitas (Anonymity)

Namun saat enkripsi di tangan orang iseng, akan dibuat menjadi ransomware. Hal ini dikarenakan pengguna internet mudah dilacak, pengguna harus menggunakan teknologi anonimisasi sehingga tidak ada pihak yang dapat melihat seluruh jalur komunikasi.

3. Korban Bayar Pakai Bitcoin

Bitcoin berfungsi sebagai alat pembayaran yang ideal bagi pelaku siber. Ketika korban ransomware membayar tebusan, pelaku akan meminta pembayaran dalam bentuk Bitcoin. Dengan demikian, serangan siber itu dinilai sudah berhasil.

Pelaku meminta pembayaran dalam bentuk Bitcoin agar identitas dan lokasi tidak terlacak. Setiap transaksi hanya tercatat sebagai alamat digital, bukan data pribadi.

Inilah alasannya Bitcoin menjadi indikator ketiga setelah enkripsi dan anonimitas yang membuat ransomware dapat berjalan dan sulit diberantas.

Serangan Ransomware di Indonesia pada 2025

Sepanjang 2025, serangan ransomware menunjukkan peningkatan. Alfons mengungkapkan setidaknya ada 16 kelompok ransomware aktif berhasil menembus sistem lembaga di Indonesia dengan perbandingan 50-50 antara pemerintah dan swasta.

Salah satu kasus yang menggemparkan adalah serangan terhadap salah satu institusi pemerintah, diduga dilakukan kelompok Apt73. Serangan tersebut memperlihatkan pelaku ransomware mencuri dan mengunci data, kemudian meminta tebusan dengan ancaman menyebar data sensitif.

Selain itu, Crypto24 menyerang dua perusahaan travel agensi dan lembaga hukum. Kelompok ini mencuri 700GB data internal dan 500GB data rahasia perusahaan.

Selain itu, kelompok The Gentleman menjadi salah satu yang paling agresif, berhasil menyerang tiga pusat besar hanya dalam beberapa bulan. Serangan-serangan ini membawa konsekuensi besar, kebocoran data membuat pelaku sampai membuat pesan email palsu, mengakses informasi negosiasi, hingga merusak reputasi perusahaan.

Alfons menegaskan untuk menjaga keamanan data agar tidak bocor dan hilang, maka diperlukan prosedur perlindungan data yang baik, termasuk membuat cadangan berkas secara rutin.

“Jangan sampai sudah backup, tapi restore-nya malah gagal. Sekarang sudah ada berbagai macam tools, termasuk immutable backup, ada juga backup ke cloud,” tutur Alfons.   

Mikrosegmentasi Jadi Kunci Pertahanan Siber untuk Lawan Ransomware

Sebelumnya, perusahaan keamanan siber dan komputasi cloud, Akamai Technologies, merilis laporan terbarunya yang menyoroti pentingnya mikrosegmenta...

Read Entire Article