Mapel Koding dan KA Kini Sah di Sekolah

20 hours ago 6
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Mapel Koding dan KA Kini Sah di Sekolah (MI/Seno)

PEMERINTAH telah menetapkan Koding dan kecerdasan artifisial (KA) sebagai 'mata pelajaran pilihan' di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kebijakan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI No 13/2025 yang merupakan perubahan atas Permendikbud-Ristek No 12/2024 tentang Kurikulum PAUD, Pendidikan Dasar, dan Menengah.

Kebijakan itu selaras dengan Astacita pilar keempat sebagaimana tercantum dalam dokumen visi pembangunan 2025-2029 pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dalam konteks itu, pembelajaran koding dan KA bukan sekadar inovasi pendidikan, melainkan juga upaya strategis mempercepat transformasi digital dan mempersiapkan generasi unggul.

Merujuk data yang diolah Kominfo dalam laporan Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2024, kebutuhan talenta digital nasional pada 2030 mencapai 12 juta orang. Sementara itu, perguruan tinggi di Indonesia hanya mampu menyediakan sampai 9 juta talenta digital. Itu artinya ada kekurangan 3 juta talenta digital pada 2030.

Lebih dari itu, dengan lahirnya mapel koding dan KA, sekolah di seluruh Indonesia kini punya dasar hukum dan arah kebijakan yang jelas untuk mulai mengenalkan cara berpikir abad ke-21 kepada murid. Dari ruang kelas, kita berharap akan lahir generasi baru yang bukan cuma pengguna teknologi, melainkan juga pencipta masa depan.

KENAPA KODING DAN KA MASUK SEKOLAH?

Kita tak bisa menutup mata jika ada sebagian pihak yang merasa khawatir kalau koding dan kecerdasan artifisial diajarkan kepada anak-anak di sekolah. Kekhawatiran itu muncul dari sejumlah temuan awal di beberapa negara, seperti Swedia, yang menunjukkan adanya indikasi penurunan daya pikir kritis siswa ketika pembelajaran teknologi tidak diimbangi dengan pendekatan pedagogis yang tepat. Koding yang terlalu teknokratis, tanpa kontekstualisasi sosial, berisiko menjauhkan anak dari empati dan nalar etis.

Hal serupa juga disinggung dalam penelitian yang dilakukan oleh MIT Media Labbyang menemukan bahwa penerapan kecerdasan artifisial dalam pendidikan tanpa pengawasan dan kerangka etika dapat menyebabkan 'brain off' behavior, yakni ketergantungan penuh pada mesin dan menurunnya refleksi kritis pada diri siswa. Dalam beberapa kasus, anak-anak menerima saran atau jawaban dari sistem Ai tanpa bertanya lebih jauh yang pada akhirnya mengurangi keaktifan berpikir.

Kekhawatiran itu wajar, terutama jika kita meletakkan teknologi--termasuk koding dan kecerdasan artifisial--hanya pada aras pemanfaatan semata (AI for learning) tanpa dibarengi pemahaman terhadap etika dan literasi digital. Sebaliknya, jika sejak dini anak-anak dipahamkan pentingnya etika, literasi digital, serta diberi pengetahuan tentang bagaimana AA bekerja, teknologi justru menjadi jalan untuk memperkuat kesadaran kritis, bukan mematikannya.

Namun, justru karena risiko-risiko inilah, pembelajaran koding dan KA perlu hadir lebih awal, lebih terstruktur, dan lebih etis. Indonesia memilih tidak membiarkan generasi mudanya menjadi konsumen pasif teknologi. Sebaliknya, melalui penetapan koding dan KA sebagai mapel pilihan yang dirancang berbasis nilai dan berpikir kritis, kita sedang menyiapkan anak-anak untuk hidup berdampingan dengan mesin--tanpa kehilangan kendali sebagai manusia.

Itulah mengapa mapel ini mulai diajarkan di kelas 5 (fase C). Pemilihan kelas 5 sebagai fase awal pengenalan mapel koding dan KA bukan tanpa alasan. Berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget, anak-anak pada usia 10 hingga 12 tahun telah memasuki tahap 'operasional konkret', yaitu fase yang mana mereka mulai mampu berpikir logis, menyusun hubungan sebab-akibat, serta memahami konsep abstrak yang disajikan secara konkret. Inilah masa krusial untuk membentuk cara berpikir algoritmik dan nalar digital secara bertahap (Piaget, 1972).

Di usia ini pula anak-anak sudah memiliki fondasi literasi dasar yang cukup kuat--mereka dapat membaca petunjuk, menulis instruksi, dan mulai memahami struktur. Hal ini menjadi modal penting untuk memahami konsep berpikir komputasional, mengenali pola, dan mulai membangun solusi berbasis logika. Dengan memberikan stimulasi yang tepat sejak kelas 5, pendidikan teknologi tidak hanya menjadi efektif secara kognitif, tetapi juga selaras dengan perkembangan psikologis anak.

BUKAN SEKADAR PEMROGRAMAN

Mapel koding dan KA bukan hanya tentang pemrograman. Lebih dari itu, ia mengajarkan cara berpikir sistematis dan logis (computational thinking), keterampilan menyelesaikan masalah kompleks, serta memahami bagaimana algoritma dan data membentuk keputusan. Dalam konteks inilah, mapel ini tidak sekadar melatih keterampilan teknis, tapi juga membentuk dasar cara berpikir generasi masa depan.

Dalam Permendikdasmen Nomor 13 tahun 2025 disampaikan bahwa pembelajaran koding dan KA dimasukkan sebagai mata pelajaran pilihan dalam intrakurikuler (mapel inti), dari kelas 5 SD hingga kelas 12 SMA/SMK. Implementasi dilakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2025/2026 disesuaikan dengan kesiapan satuan pendidikan.

Kurikulum ini dirancang dalam empat fase bertahap: fase C (SD kelas V-VI), fase D (SMP), fase E (SMA/SMK kelas X), dan fase F (SMA/SMK kelas XI-XII). Di dalamnya, murid tidak hanya diajak menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta solusi dan penilai kritis atas dampak sosial dari inovasi teknologi.

Mapel koding dan KA dirancang berbasis enam elemen terintegrasi: berpikir komputasional untuk menyelesaikan masalah secara logis; literasi digital mencakup produksi konten, keamanan siber, dan etika daring; algoritma pemrograman sebagai dasar instruksi pemecahan masalah; serta analisis data untuk memahami dan mengolah informasi. Dua elemen lainnya mencakup literasi dan etika KA, serta pengembangan KA lewat proyek dan aplikasi nyata yang berdampak sosial.

Setiap fase dalam kurikulum ini disesuaikan dengan perkembangan kognitif dan kebutuhan murid. Di fase C (SD kelas V-VI), murid mulai dikenalkan dengan konsep berpikir logis, pola algoritmik, dan keterampilan dasar literasi digital secara menyenangkan dan kontekstual. Di fase D (SMP), murid mulai diperkenalkan dasar-dasar pemrograman visual menggunakan blok-blok instruksi sederhana, serta memahami awal analisis data dan dampak sosial dari teknologi digital.

Memasuki fase E (SMA/SMK kelas X), pembelajaran berkembang ke arah penggunaan bahasa pemrograman yang lebih kompleks, pengolahan data, serta eksplorasi aplikasi KA sederhana seperti chatbot atau generator visual. Sementara itu, di fase F (SMA/SMK kelas XI–XII), murid diarahkan pada pengembangan proyek teknologi yang utuh dan etis--seperti merancang sistem rekomendasi, mengembangkan aplikasi berbasis KA, atau menyusun pemecahan masalah berbasis data.

Perlu diingat, selain mengakomodasi pembelajaran koding dan KA, Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 juga menegaskan bahwa pendekatan pembelajaran mendalam (PM) kini menjadi bagian dari kerangka dasar pembelajaran. Pendekatan ini menggantikan metode pengulangan dan hafalan dengan eksplorasi konsep serta pemahaman yang utuh dan kontekstual.

Jika memakai kacamata PM, mapel koding dan KA bukan sekadar pengenalan alat atau teknik digital. Ia dirancang untuk menumbuhkan cara berpikir sistematis, reflektif, dan bernalar kritis. Para murid belajar tidak hanya menggunakan teknologi, tapi juga memahami logika di baliknya dan menilai dampak sosialnya.

Mapel koding dan KA mendorong eksplorasi lintas disiplin, proyek kolaboratif, serta refleksi diri dalam menghadapi tantangan nyata. Bahkan, saat anak belajar mengoreksi kesalahan kode (debugging), mereka sedang melatih metakognisi dan kemandirian belajar. Teknologi menjadi pintu masuk, tapi tujuan akhirnya ialah anak yang berpikir lebih dalam, lebih bijak, dan lebih bertanggung jawab.

Read Entire Article