Liputan6.com, Jakarta - Banyak ibu yang sudah dua kali menjalani operasi caesar merasa ragu untuk hamil anak ketiga. Kekhawatiran ini biasanya berkaitan dengan risiko operasi caesar berulang dan kemungkinan melahirkan secara normal (pervaginam).
Menurut bidan Baby Centre United Kingdom (UK), Clare Herbert, melahirkan bayi secara pervaginam setelah operasi caesar 2 kali, dikenal sebagai VBA2C (Vaginal Birth After 2 Cesareans), bisa saja dilakukan.
"Kebanyakan wanita yang telah menjalani hingga empat kali operasi caesar dapat melakukan VBAC dengan sukses tanpa komplikasi," ujar Herbert, dikutip dari babycentre.co.uk pada Selasa, 12 Agustus 2025.
Meski memungkinkan, risiko memang meningkat seiring jumlah operasi caesar yang pernah dijalani. Herbert, menjelaskan, jika seorang ibu pernah melahirkan secara pervaginam atau VBAC sebelumnya, peluang untuk kembali melahirkan normal pada kehamilan berikutnya akan lebih tinggi.
"Sekitar 8,5 hingga 9 dari 10 wanita yang pernah melahirkan secara pervaginam atau VBAC akan berhasil melahirkan secara pervaginam di kehamilan berikutnya," katanya.
Ketahui perbedaan antara lahiran secara normal dan caesar yang bisa menjadi panduan untuk para ibu dalam mempersiapkan persalinan
Risiko Melahirkan bagi Ibu yang Sudah Beberapa Kali Jalani Operasi Caesar
Sementara itu, jika ibu belum pernah melahirkan normal sebelumnya, peluang keberhasilan VBAC berada di kisaran tujuh dari 10. Namun, kondisi ini juga dipengaruhi oleh adanya komplikasi kehamilan, baik yang sedang dialami maupun yang pernah terjadi.
VBAC yang berhasil memberikan banyak keuntungan, salah satunya menghindarkan ibu dari risiko yang terkait dengan operasi caesar berulang.
Waktu pemulihan pun cenderung lebih cepat karena tidak ada bekas luka operasi baru. "Namun, perlu diketahui bahwa dengan VBAC, ada risiko kecil bahwa bekas luka caesar yang sudah ada dapat robek saat persalinan (ruptur uteri)," kata Herbert.
Baik memilih VBAC atau operasi caesar berulang, jika ibu sudah menjalani beberapa operasi caesar sebelumnya, maka risiko komplikasi lain akan meningkat.
"Plasenta mungkin sulit diangkat jika menempel pada jaringan parut yang terbentuk dari operasi caesar sebelumnya (plasenta akreta), yang dapat menyebabkan perdarahan hebat," ujarnya.
"Ini mungkin terdengar menakutkan, tetapi Anda akan dianjurkan untuk melahirkan di unit yang dipimpin oleh konsultan yang memiliki ruang operasi dan layanan transfusi darah di tempat, sehingga tim medis Anda dapat bergerak cepat untuk melindungi kesehatan Anda," tambahnya.
Ibu akan lebih mungkin membutuhkan transfusi darah untuk mengganti darah yang hilang dibandingkan dengan wanita yang hanya pernah menjalani satu operasi caesar sebelumnya. Risiko komplikasi luka dan cedera pada kandung kemih juga menjadi lebih tinggi.
Dalam kasus yang jarang terjadi, dokter kandungan mungkin harus melakukan histerektomi untuk mengangkat rahim. Ini mungkin diperlukan jika plasenta tidak dapat diangkat, atau pendarahan tidak dapat dihentikan.
"Namun, hal ini hanya terjadi pada 1,5 hingga 3 dari 10 kasus ruptur uteri," tambahnya.
Tingkat Keberhasilan VBA2C dan VBAC
Kelahiran pervaginam setelah dua kali caesar disebut pula Vaginal Birth After Two Cesareans (VBA2C).
Dilansir VBAC Link, peluang keberhasilan VBA2C serupa dengan peluang keberhasilan VBAC setelah hanya satu kali operasi caesar. Hal ini dimuat dalam Buletin Praktik American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG) 184 dengan merujuk dua studi besar.
Kedua studi yang dirujuk dalam buletin menyimpulkan bahwa tingkat keberhasilan persalinan pervaginam setelah satu kali operasi caesar dan dua kali operasi caesar bervariasi sebesar 2 persen atau kurang, tergantung studi mana yang ditinjau.
Studi-studi tersebut juga menyatakan bahwa memiliki bidan, dukungan doula (pendamping persalinan), dan persalinan spontan meningkatkan kemungkinan persalinan pervaginam.
ACOG merekomendasikan VBA2C sebagai pilihan yang aman. Berbicara tentang ACOG, sejak 2010, sikap mereka terhadap VBA2C adalah bahwa hal ini wajar untuk dipertimbangkan.
Cara Cegah Ruptur Uteri
Seperti Herbert, doula sekaligus co founder VBAC Link, Julie Francom juga mengatakan bahwa VBA2C meningkatkan risiko ruptur uteri atau robeknya dinding rahim.
Meski begitu, ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko ruptur uteri, sekaligus mendorong persalinan agar berjalan sesuai waktunya.
Meskipun induksi dan stimulasi persalinan terkadang diperlukan, penelitian menunjukkan bahwa keduanya dapat menjadi faktor risiko ruptur uteri.
Mempelajari faktor-faktor ini dan mendiskusikannya dengan penyedia layanan kesehatan sebelum persalinan akan meningkatkan peluang keberhasilan VBAC. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
- Hindari induksi VBAC kecuali benar-benar diperlukan.
- Hindari augmentasi persalinan (menggunakan sesuatu untuk merangsang kontraksi, biasanya Pitocin (cairan pemicu kontraksi).
- Hindari penggunaan Pitocin yang berlebihan dan peningkatan dosis yang terlalu cepat.
- Hindari Cytotec (misoprostol/obat tukak lambung) sepenuhnya.
- Tetaplah bergerak, berjalanlah, ubah posisi dan postur tubuh saat persalinan aktif.
- Hindari pecahnya ketuban jika bayi tidak berada dalam posisi optimal jika memungkinkan.
- Dapatkan dukungan persalinan yang penuh perhatian dari doula VBAC atau pelatih persalinan setiap saat.
"Lakukan segala sesuatu yang Anda bisa untuk mendorong posisi janin yang optimal sebelum persalinan dimulai. Jika bayi Anda tidak dalam posisi yang baik dan persalinan terhenti, atau Anda mengalami nyeri punggung, cobalah latihan posisi janin yang optimal seperti angkat perut, berbaring miring, atau berlutut untuk mencoba dan membantu bayi berada dalam posisi yang lebih baik," kata Francom memberikan saran.