Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) buka-bukaan soal pertanyaan dan keluhan calon investor di sektor kesehatan yang hendak berinvestasi di Indonesia. Di antaranya karena ketidakjelasan atau tidak ada jaminan kepastian berinvestasi di Indonesia.
Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes Lucia Rizka Andalusia mengatakan banyak calon investor yang mengeluhkan perizinan yang terlalu panjang, birokrasi yang masih rumit, dan tidak adanya kepastian terkait investasi.
"Investor banyak yang mengeluh soal perizinan yang masih panjang, lama, terbelit-belit, dan ketidakpastian atau uncertainty," kata Rizka dalam diskusi panel di acara Health Summit 2025 di 25 Hours Hotel Jakarta, Rabu (13/8/2025).
Rizka menambahkan calon investor khawatir karena kepastian terkait investasi masih cukup lama hingga berhari-hari.
"Kadang-kadang kepastiannya terlalu berlarut-larut, misal dijanjikan 70 hari, justru jadi 90 hari, intinya ada persiapan yang jelas, mereka ingin ada kepastian," tambah Rizka.
Pihaknya menegaskan perlu adanya transparansi dalam proses perizinan, agar calon investor dapat nyaman berinvestasi di Indonesia, terutama di sektor kesehatan.
"Transparansi itu penting sekali, ini juga yang banyak dikeluhkan oleh calon investor. Supaya kita fair, sama-sama kita membangun," ujarnya.
Kebutuhan SDM
Rizka juga mengatakan banyak calon investor yang terkendala dengan kualitas tenaga kerja dan sumber daya manusia (SDM).
"PR yang harus kita selesaikan bersama-sama adalah terkait tenaga kerja dan kemampuan SDM," ungkapnya.
Banyak tenaga kerja di bidang kesehatan yang belum menguasai teknologi, sehingga pelayanan kesehatan belum efektif.
"Kemampuan SDM kita untuk risk out dengan teknologi-teknologi terbaru. Kalau di farmasi dan medical devices, saat ini kondisinya masih kekurangan tenaga-tenaga. Kita kekurangan tenaga bioinformatics untuk melakukan analisis data-data primer dan sekunder," terangnya.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Dukung TKDN, Produsen Alkes Masih Terkendala Bahan Baku