Jakarta (ANTARA) - Brasil menegaskan bahwa Tropical Forest Forever Facility (TFFF) akan memangkas pembayaran kepada negara-negara yang gagal menjaga tutupan hutannya, sebagai bagian dari mekanisme pendanaan berbasis kinerja untuk pelestarian hutan tropis.
“Jika negara tidak melestarikan hutan, mereka tidak akan dibayar. Kepentingan negara adalah menggunakan dana tersebut secara bijak agar pembayaran terus berlanjut,” kata pejabat Kementerian Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Brasil, Andre Aquino, jepada pers di Jakarta, Senin.
Aquino menjelaskan bahwa TFFF menargetkan pengumpulan dana sebesar125 miliar dolar AS (sekitar Rp2.000 triliun) dari sektor publik dan swasta yang akan diinvestasikan di pasar keuangan global.
Dari total tersebut, diharapkan imbal hasil investasi mencapai sekitar US$4 miliar (Rp66,3 triliun) per tahun.
Dana tersebut akan disalurkan kepada negara-negara tropis berdasarkan kinerja mereka dalam menjaga tutupan hutan.
Baca juga: Brasil: Masyarakat, media bisa laporkan negara penerima dana TFFF
“Setiap hektare hutan akan memperoleh sekitar US$4 per hektare. Untuk Indonesia, potensi dana bisa mencapai lebih dari US$400 juta (sekitar Rp6,6 triliun) per tahun,” ujar Aquino.
Ia menambahkan, negara yang kehilangan tutupan hutan akan menghadapi pemotongan pembayaran hingga 100 kali lipat. Sementara tingkat deforestasi di atas 0,3 persen dapat dikenai pemotongan hingga 200 kali lipat.
“Mekanisme ini dirancang untuk memberikan insentif finansial besar bagi negara-negara tropis agar mempertahankan hutannya tetap utuh,” katanya.
TFFF dibentuk oleh enam negara berkembang — Brasil, Kolombia, Republik Demokratik Kongo, Ghana, Indonesia, dan Malaysia — dengan dukungan UNDP.
Inisiatif ini bertujuan menyediakan pendanaan jangka panjang dan berkelanjutan bagi pelestarian hutan tropis tanpa bergantung pada skema donasi atau kredit karbon, dengan sistem performance-based grants atau hibah berbasis hasil.
Baca juga: Menko Zulhas sambut baik pembentukan TFFF untuk konservasi hutan
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.