Gaza (ANTARA) - Hamas pada Minggu (7/9) menyampaikan bahwa mereka siap membahas pembebasan semua sandera sebagai pertukaran untuk mengakhiri perang di Gaza, penarikan penuh pasukan Israel, dan pembentukan komite Palestina yang independen untuk memerintah wilayah kantong tersebut.
Gerakan Palestina tersebut mengatakan mereka telah menerima "gagasan" dari pihak Amerika melalui perantara terkait kesepakatan gencatan senjata dan menyambut baik setiap inisiatif yang ditujukan guna mengakhiri pertempuran.
Hamas juga menyerukan adanya jaminan "komitmen yang jelas dan eksplisit" dari Israel terhadap kesepakatan apa pun, sembari memperingatkan agar tidak terjadi pengulangan atas perjanjian-perjanjian sebelumnya yang, menurut mereka, telah ditolak atau diabaikan.
Dalam platform Truth Social miliknya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Minggu menulis, "Israel telah menerima persyaratan dari saya. Kini saatnya Hamas juga menerimanya," sembari menambahkan peringatan tersebut adalah yang terakhir.
Seorang pejabat Israel, yang enggan disebutkan namanya, menuturkan bahwa Israel "mempertimbangkan secara serius" usulan AS tersebut, yang disampaikan kepada Hamas pada akhir pekan dan menggambarkannya sebagai "usulan Presiden Donald Trump".
Saluran berita Israel Channel 12 melaporkan bahwa berdasarkan rencana itu, Israel akan membatalkan serangannya untuk menguasai Gaza City. Semua 48 sandera yang masih ditawan di Gaza, termasuk sekitar 20 di antaranya yang diyakini masih hidup, akan dibebaskan pada hari pertama penerapan gencatan senjata tersebut sebagai pertukaran atas pembebasan ribuan tahanan Palestina.
Pembicaraan untuk mengakhiri perang kemudian akan dimulai di bawah mediasi Trump, dengan gencatan senjata tetap diberlakukan selama proses negosiasi berlangsung.
Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.