Siswa Sekolah Rakyat Ikuti Program Pertukaran Pelajar

INFO NASIONAL – Sore itu, aktivitas belajar di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 21 Surabaya belum berhenti. Di salah satu kelas, Muhammad Saifullah, 17 tahun, terlihat serius memperhatikan penjelasan guru. Bukan tanpa alasan—Saiful, begitu ia disapa, baru kembali membawa pengalaman berharga sebagai salah satu peserta program pertukaran pelajar di Thailand pada Agustus lalu.

Saiful merupakan satu dari empat siswa Sekolah Rakyat yang tergabung dalam Sister School Program di Khon Kaen University Thailand. Program ini menjadi hasil kolaborasi antara SRMA 21 Surabaya dan Labschool Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Total 13 peserta, terdiri dari siswa Sekolah Rakyat dan Labschool Unesa, berangkat mengikuti kegiatan ini.

Bagi Saiful, perjalanan ini menjadi pengalaman pertama sekaligus milestone pribadi. “Senang sekali, karena baru pertama kali naik pesawat. Bangga juga ke luar negeri untuk mengikuti student exchange,” ujarnya.

Seleksi peserta dilakukan dengan ketat. Dari 97 siswa, dipilih empat siswa terbaik dari masing-masing rombongan belajar berdasarkan kemampuan bahasa Inggris dan bakat yang dapat ditampilkan dalam pertukaran budaya.

“Dipilih melalui Bahasa Inggris, juga karena bakatnya, ada yang menari dan juga rias untuk memperlihatkan budaya Indonesia ke Thailand,” jelas Saiful.

Sejak SMP, ia memang menunjukkan ketertarikan pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Di Sekolah Rakyat, ia mendalami simple past tense, simple present tense, hingga descriptive text. “Aku paling suka Bahasa Inggris. Soalnya seru dan bahasanya juga cukup gaul,” ujarnya sambil tertawa.

Selama program, para siswa mengikuti kegiatan sit in class di Khon Kaen Demonstration School (untuk siswa SMP) dan Pre-University Class di Fakultas Ilmu Pendidikan Khon Kaen University (untuk siswa SMA). Mereka mempelajari materi berbahasa Inggris, mulai dari grammar, hingga kimia dengan metode pengajaran internasional.

Selain mengikuti pembelajaran akademik, para siswa juga memperkenalkan budaya Indonesia melalui seni tradisional. Saiful yang bertugas sebagai penari menghadirkan Tari Remo khas Jawa Timur.

“Itu pas awal masuk universitasnya, langsung kita ikut upacara pagi bersama rektor. Kita tampilkan Tari Remo dari Sekolah Rakyat dan Tari Jaipong dari Labschool,” kenangnya.

Tidak hanya belajar di kelas, para peserta diajak mengeksplorasi budaya Thailand melalui kegiatan social study ke Bangkok dan Laos.

Di balik prestasinya, Saiful menyimpan kisah perjuangan pribadi. Ia tumbuh tanpa figur ibu sejak usia lima tahun. Masa kecilnya dilalui dalam keheningan, kesendirian, dan rasa kehilangan.

“Saat saya SD dan SMP, saya itu orangnya sangat introvert, jarang bergaul,” ungkapnya pelan.

Namun kehidupannya berubah setelah masuk Sekolah Rakyat. Sistem asrama yang penuh pendampingan, lingkungan belajar yang suportif, dan komunitas pertemanan yang hangat membuatnya menjadi lebih percaya diri.

“Di sini saya mulai bisa menjadi extrovert. Mudah ngobrol sama seseorang,” katanya.

Dengan total 18 guru, 11 wali asuh, dan 3 wali asrama, SRMA memberikan pendidikan formal sekaligus pembinaan karakter. Fasilitas sekolah yang nyaman turut mendukung proses belajar.

“Fasilitasnya nyaman, ada AC, wastafel, dan kasurnya empuk,” tambahnya.

Yang paling bermakna, Sekolah Rakyat menumbuhkan perubahan sikap dan kebiasaan. Saiful kini lebih disiplin beribadah, lebih fokus belajar, dan mulai memupuk mimpi besar.

“Dulu saya jarang ibadah atau belajar. Sekarang saya rajin dan istiqomah. Saya ingin mengubah ekonomi keluarga saya, membahagiakan orang tua, dan mengumrohkan mereka,” katanya menutup percakapan.(*)