WACANA soal Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus di Pilkada DKI Jakarta semakin mengemuka. KIM Plus ini merupakan gabungan Parpol KIM dengan berbagai partai yang berada di luar koalisi tersebut.
Merespons itu, Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Indonesia, Ray Rangkuti, menilai ada dua syarat KIM Plus bisa terbentuk. Pertama, kesediaan parpol, khususnya PKS dan PKB untuk bergabung. Tanpa itu, sulit KIM Plus untuk terbentuk.
“Sebab bidikan utamanya adalah PKS. Bila PKS bergabung akan menguatkan posisi KIM dan membuat pesaingnya kesulitan,” ungkap Ray kepada Media Indonesia, Senin (5/8).
Baca juga : Survei: Anies Unggul Jauh dari Ahok dan RK di Pilgub Jakarta
Ray menyebut PDIP, NasDem dan Anies akan dibiarkan di luar KIM Plus. Menurut dia, NasDem bukan target utamanya. “Atau PDIP dan PKS dibuat tetap diluar. Anies tidak disertakan alias cakadanya (calon kepala daerah) figur selain Anies. Sebut saja Ahok (Basuki Tjahaja Purnama). RK (Ridwan Kamil) masih punya kemungkinan mengejar Ahok,” ujar Ray.
“Selisih keduanya hanya sekitar 10-15%. Beda dengan Anies yang mencapai 30% sekian. Secara hukum alam sudah sulit dikejar RK,” tambahnya.
Ray menegaskan bahwa Jakarta tidak akan dibiarkan dengan kotak kosong. Karena jika dipaksakan satu wakil saja, hal Itu akan jadi bumerang bagi KIM Plus.
Ray menyebut jika dipaksakan Warga Jakarta akan 'marah'. Tanpa tedeng aling-aling, kemungkinan akan ada gerakan mencoblos kotak kosong. “Bila RK kalah melawan kotak kosong, malunya bisa berlipat-lipat. Dan karier politik RK jadi terhambat. Maka tetap akan dibiarkan ada lawan tanding. Sebisa mungkin bukan Anies,” tandasnya. (J-2)