
Sejumlah massa berpakaian serba putih menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (15/9).
Pantauan kumparan di lokasi pukul 14.34 WIB terlihat mobil orator berwarna biru dengan tiga spanduk aksi di sekitarnya.
Mayoritas massa terlihat menggunakan pakaian berwarna putih, mereka terlihat berkumpul di sekitar gerbang gedung DPR RI.

Pada pukul 14.59 WIB massa berkumpul di sekitar mobil orasi. Mereka memegang spanduk dan menyuarakan penolakan terhadap reformasi Polri.
Terlihat tagar #TolakReformasiPolri di spanduk-spanduk tersebut dengan kata-kata seperti “POLRI BUTUH PENGUATAN, KAPASITAS BUKAN PEROMBAKAN SISTEM. Ada juga spanduk bertuliskan #RESTORASI POLRI BUKAN REFORMASI POLRI.

Koordinator lapangan aksi Abjan Said mengatakan, pihaknya tidak menolak upaya perbaikan Polri, melainkan menolak penggunaan diksi 'reformasi'.
“Tujuan kami menyampaikan aspirasi ini, meng-counter isu-isu yang tersebar hari ini di media sosial, yaitu dengan hashtag Reformasi Polri. Kami tidak menolak hal itu, itu kan desakan masyarakat, tapi menurut kami menggunakan konotasi bahasa yang lebih humanis, yaitu restorasi, untuk memperkuat Polri itu sendiri,” ujarnya.
Ia menilai, penggunaan istilah reformasi tidak tepat karena berkonotasi perombakan total. Menurutnya, Polri sudah mengalami reformasi ketika berpisah dari TNI. Karena itu, pihaknya mendorong penggunaan istilah restorasi agar lebih humanis.

“Kalau reformasi, urgensinya apa? Kalau saya balik bertanya, urgensinya apa sehingga disahkan publik untuk mereformasi Polri itu sendiri? Apakah berkhasiat dibalik kerusuhan yang kemarin? Kalau menurut hemat saya, kerusuhan kemarin itu bukan cuma salah satu pihak saja yang bertanggung jawab,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa perbaikan Polri tetap harus dilakukan, namun dengan diksi yang lebih tepat.
“Kalau hari ini ada perbaikan dari TNI Polri maupun Polri itu sendiri, kita mendukung, kita nggak menolak. Tapi menggunakan konotasi bahasa yang lebih humanis, lebih diterima oleh kalangan masyarakat,” sambungnya.
Menurut keterangannya, aksi ini diikuti sekitar 600 orang. Massa yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat tersebut menegaskan tidak ada afiliasi politik dalam gerakan mereka.
“Sekitar 600-an. Ini aksi perdana kita, kemungkinan akan berkelanjutan dengan massa yang lebih banyak lagi. Ini dari mahasiswa dan masyarakat. Tanpa ada tunggangan politik, tanpa ada embel-embel pesanan, kita menolak hal itu,” kata koordinator lapangan.
Tidak lama berselang setelah orasi massa terlihat mulai membubarkan diri pada pukul 15.08 WIB.
Sementara itu, salah satu peserta aksi yang ditemui usai orasi, Adelia Roentoe, mengatakan massa berangkat konvoi dari Koramil Matraman menuju DPR.
“Sekitar jam satuan (mulai datang ke DPR),” ujarnya.

Ia mengatakan, dresscode putih dipilih untuk menegaskan aksi damai.
“Kita kan tadi itu jalan konvoinya dari Koramil Matraman. Titik kumpul kita start dari sana, terus ke kantor DPR. Kita emang dresscode kita putih. Kita kan ini visi dan misi kita hari ini menyampaikan aspirasi tanpa anarkis,” ujar Adelia.
Ia menambahkan, tuntutan utama mereka adalah mendorong perbaikan Polri namun dengan semangat restorasi, bukan reformasi.
“Iya, jadi kita aksi damai kita menyampaikan aspirasi dengan kepala dingin. Dengan hati yang sehat, jiwa yang sehat. Berdamai dengan TNI dan Polri. Itu visi kita,” tutupnya.