Liputan6.com, Jakarta Tertawa sering dianggap sebagai obat mujarab yang murah, mudah, dan menyenangkan. Dari obrolan santai penuh humor di perkumpulan teman hingga meme yang beredar di media sosial, tawa sering dianggap bisa mengusir stres.
Tetapi apakah memang sebesar itu manfaat tertawa?
Dilansir dari The Irish Times, sejumlah penelitian yang menyebut bahwa humor dapat memengarui suasana hati dan sistem kekebalan tubuh. Meksipun begitu, ternyata hasil dari penelitian ilmiah tersebut belum sepenuhnya menjawab klaim ini.
Gil Greengors dalam makalahnya yang dipublikasikan di The Psychologist, menyebutkan bahwa keterkaitan antara humor dengan peningkatan kesehatan fisik masih lemah buktinya.
Seorang jurnalis politik liberal da penulis terkenal di Amerika Serikat (AS), Norman Cousins pernah menerapkan metode tertawa setiap hari dengan menonton film komedi.
Hal ini Cousins lakukan saat ini berjuang melawan penyakit jaringan ikat parah yang disertai ankylosing spondylitis (radang sendi kronis yang menyerang tulang punggung dan sendi sakroiliaka).
Bukti Ilmiah Masih Lemah
Peluang kesembuhan dari penyakit yang dialami Cousins adalah sangat rendah, yaitu 1 banding 500. Ketika menderita penyakit tersebut, Cousins menyebut dirinya mengikuti semua saran pengobatan konvensional.
Cousins turut menambahkan metode baru untuk pengobatannya, yaitu mengonsumsi vitamin C dosis besar dan memicu dirinya untuk tertawa setiap hari dengan menonton film komedi.
Hasilnya, Cousins berhasil sembuh dari penyakit dengan tingkat kesembuhannya yang rendah itu. Cousins mengklaim bahwa tertawa memberikan efek pereda nyeri baginya. Hal tersebut ia sebutkan dalam bukunya yang berjudul Anatomy of an Illnesss.
“Saya menemukan dengan 10 menit tertawa lepas memberi efek sepert obat bius yang membuat saya tidur nyenyak tanpa rasa sakit setidaknya selama dua jam,” tulis Cousins.
Tetap, cerita Cousins dalam bukunya hanya bersifat anekdot, bukan hasil studi ilmiah. Tidak ada bukti bahwa humor atau tawa berperan besar dalam proses penyembuhannya. Bisa saja penyakitnya itu sembuh secara perlahan dan alami.
Hubungan Antara Humor dan Rasa Sakit
Meskipun bukti ilmiah bahwa humor memiliki manfaat bagi kesehatan fisik masih lemah, terdapat indikasi yang kuat bahwa tawa bisa membantu meredakan rasa sakit. Hal ini terjadi karena tawa yang tulus dapat memicu pelepasan endorfin.
Endorfin merupakan hormon yang berperan sebagai pereda nyeri. Namun, meniru gerakan tetawa tanpa perasaan bahagian tidak dapat memberikan efek yang sama.
Pengalaman Cousins dengan pengobatannya merupakan contoh yang menarik. Ia merasakan efek pereda nyeri yang ia dapat selama dua jam dari tertawa.
Tetapi, para ahli juga secara tegas menyebut bahwa efek yang dibawa dengan humor bisa juga didapat dari bentuk stimulasi lainnya, seperti mendengarkan musik santai atau ceramah yang menenangkan.
Humor Baik untuk Kesehatan Mental
Hingga kini belum ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa humor dapat memberikan dampak kesehatan secara umum. Menurut Greengros, studi ilmiah yang selama ini dilakukan untuk melihat hubungan antara humor dan kesehatan umum telah dipenuhi oleh berbagai masalah teknis.
Namun, di sisi lain, masih ada bukti bahwa humor dapat bermanfaat bagi kesehatan mental dengan mengurangi stress. Beberapa bukti juga menunjukkan bahwa suasana hati dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Menonton film komedi disebut dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi reaksi alergi dibandingkan dengan orang yang tidak menonton film komedi.
Sekali lagi, efek ini bukan hanya bisa terjadi pada humor, namun bisa juga dipicu oleh hal lain seperti musik klasik atau perasaan sedih.
Beberapa orang juga mengklaim bahwa aktivitas fisik yang melibatkan tawa lepas merupakan bentuk latihan aerobik yang ampuh.
Meski tidak ada bukti ilmiah yang kuat, Greengors tetap menyarankan agar dapat menikmati humor dan menerima humor sebagai hal baik dalam hidup.