1. Kanker Payudara
Kanker payudara adalah jenis kanker paling umum pada wanita di seluruh dunia. Penyakit ini terjadi ketika sel-sel di jaringan payudara tumbuh secara tidak terkendali. Gejalanya bisa berupa benjolan di payudara, perubahan bentuk atau ukuran payudara, kulit mengerut, atau keluarnya cairan dari puting. Banyak wanita yang baru menyadari gejalanya setelah kanker memasuki stadium lanjut.
Faktor risiko utama termasuk usia, riwayat keluarga, obesitas, konsumsi alkohol, dan penggunaan terapi hormon jangka panjang. Wanita yang haid pertama kali di usia sangat muda atau menopause terlambat juga memiliki risiko lebih tinggi. Perubahan gaya hidup seperti rutin berolahraga, menjaga berat badan, dan mengurangi konsumsi alkohol dapat membantu menurunkan risiko.
Deteksi dini sangat penting. Pemeriksaan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) setiap bulan dan mammogram secara berkala bisa menjadi penyelamat. Kanker payudara yang ditemukan sejak dini memiliki tingkat kesembuhan lebih tinggi. Oleh karena itu, penting bagi setiap wanita untuk menjadikan pemeriksaan ini sebagai rutinitas.
2. Kanker Serviks
Dikutip dari aicr.org, kanker serviks menyerang leher rahim dan sering kali disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papillomavirus). Infeksi ini bisa ditularkan melalui hubungan seksual, dan banyak wanita yang tidak menyadari mereka telah terinfeksi karena gejalanya tidak langsung muncul. Gejala umum meliputi perdarahan setelah berhubungan, nyeri panggul, dan keputihan abnormal.
Vaksin HPV terbukti efektif mencegah kanker serviks. Pemeriksaan Pap smear juga sangat dianjurkan bagi wanita usia produktif, terutama yang sudah aktif secara seksual. Dengan deteksi dini, kanker serviks dapat diobati sebelum berkembang menjadi ganas.
Sayangnya, banyak wanita yang belum menyadari pentingnya vaksinasi dan skrining rutin. Kurangnya edukasi dan akses layanan kesehatan juga menjadi tantangan di banyak daerah. Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling bisa dicegah jika ditangani dengan tepat.
3. Kanker Ovarium
Kanker ovarium terjadi pada indung telur dan dikenal sebagai “silent killer” karena gejalanya sering tidak spesifik. Wanita bisa mengalami perut kembung, nyeri perut, cepat kenyang, dan perubahan frekuensi buang air kecil. Gejala ini sering dikira gangguan pencernaan biasa, sehingga deteksi dini menjadi sulit.
Faktor risiko termasuk usia di atas 50 tahun, tidak pernah hamil, riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau payudara, dan mutasi genetik. Sayangnya, belum ada skrining rutin yang efektif untuk mendeteksi kanker ovarium sejak dini. Oleh karena itu, kesadaran akan gejala sangat penting.
Pola makan sehat dan gaya hidup aktif dipercaya dapat membantu menurunkan risiko. Selain itu, wanita yang menjalani pemeriksaan panggul secara berkala juga lebih berpeluang mendeteksi kelainan lebih awal. Jika ada riwayat keluarga, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai tes genetik.
4. Kanker Endometrium
Kanker endometrium menyerang lapisan dalam rahim dan sering terjadi pada wanita pascamenopause. Gejala umumnya berupa perdarahan di luar siklus menstruasi atau setelah menopause. Rasa nyeri di panggul juga bisa menjadi tanda.
Faktor risiko utama meliputi obesitas, diabetes, dan terapi hormon estrogen tanpa progesteron. Hormon estrogen dapat menstimulasi pertumbuhan lapisan rahim, sehingga jika tidak diimbangi, bisa menyebabkan pertumbuhan sel abnormal. Risiko juga meningkat pada wanita yang haid sejak usia dini atau menopause terlambat.
Pemeriksaan USG transvaginal dan biopsi endometrium bisa membantu mendeteksi kanker ini. Pengobatan yang cepat dan tepat biasanya memberikan hasil baik. Namun, seperti jenis kanker lain, deteksi dini tetap menjadi kunci utama.
5. Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal atau kanker usus besar bisa menyerang wanita maupun pria. Gejalanya antara lain perubahan pola BAB, darah dalam tinja, perut kram, dan penurunan berat badan tanpa sebab. Gejala ini sering diabaikan karena dianggap gangguan pencernaan biasa.
Risiko meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah 45 tahun. Pola makan tinggi daging merah, rendah serat, dan kurang olahraga juga menjadi pemicu. Wanita dengan riwayat keluarga kanker usus juga perlu waspada.
Skrining dengan kolonoskopi sangat disarankan, terutama bagi mereka yang berisiko. Deteksi dini memungkinkan pengangkatan polip sebelum menjadi kanker. Kombinasi pola makan sehat dan aktivitas fisik rutin juga sangat membantu mencegah kanker ini.
6. Kanker Paru-paru
Kanker paru-paru tak hanya menyerang perokok. Wanita yang terpapar asap rokok pasif, polusi udara, atau bahan kimia juga memiliki risiko. Gejalanya termasuk batuk kronis, sesak napas, nyeri dada, dan suara serak.
Menariknya, data menunjukkan peningkatan kasus kanker paru-paru pada wanita non-perokok. Ini bisa jadi akibat paparan lingkungan atau faktor genetik. Wanita yang tinggal di daerah urban dengan tingkat polusi tinggi juga lebih rentan.
Menghindari paparan asap rokok dan lingkungan berpolusi bisa mengurangi risiko. Jika mengalami gejala yang tidak kunjung membaik, segera lakukan pemeriksaan. Deteksi dini dapat memperbaiki prognosis dan memperbesar peluang sembuh.
7. Kanker Kulit (Melanoma)
Kanker kulit jenis melanoma lebih umum menyerang wanita berkulit terang, terutama mereka yang sering terpapar sinar UV. Gejalanya termasuk perubahan bentuk, warna, atau ukuran tahi lalat. Jika tidak ditangani, melanoma bisa menyebar dengan cepat ke organ lain.
Kebiasaan berjemur atau menggunakan tanning bed meningkatkan risiko melanoma. Sayangnya, banyak wanita mengabaikan penggunaan tabir surya, terutama saat beraktivitas di luar ruangan dalam waktu lama.
Penting untuk memeriksa kulit secara rutin dan mengenali tanda-tanda mencurigakan. Gunakan tabir surya setiap hari, hindari paparan langsung sinar matahari pukul 10.00–16.00. Hal ini juga senada dengan apa yang disampaikan dalam Jurnal Farmasi Kommunitas, bahwa berdasarkan "Handbook of Nonprescription Drugs", waktu aman untuk terpapar sinar matahari adalah pukul 07.00–09.00, sedangkan waktu yang sebaiknya dihindari adalah pukul 10.00–16.00 karena pada rentang tersebut intensitas sinar UV berbahaya sangat tinggi.