KEDEKATAN Munir Said Thalib dengan mantan presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur bukan lagi rahasia umum. Aktivis itu merupakan teman diskusi dengan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa itu.
Istri mendiang Munir Suciwati mengatakan Munir dan Gus Dur seperti teman akrab dan diskusi. Keduanya memiliki kemiripian karena sama-sama membela kelompok yang tertindas.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Suciwati bercerita sering diajak suaminya bertemu Gus Dur di radio KBR Utan Kayu, Jakarta, saban Sabtu. Mereka sering mengobrol dengan Gus Dur di sana.
“Ada setiap Sabtu Gus Dur ngobrol. Seru aja sama Gus Dur, dan orangnya memang lucu,” kata Suciwati kepada Tempo, 26 Agustus 2025.
Bahkan, kata Suciwati, Gus Dur beberapa kali bertanya kepada Munir ketika hendak mengambil keputusan. Ia menuturkan Munir juga salah satu orang yang menemui Gus Dur setelah dilengserkan.
“Ketika Gus Dur diturunkan, suamiku juga orang yang pertama datang menemui Gus Dur. Akrab aja mereka,” tutur Suciwati.
Kedekatan Gus Dur dengan Munir juga tertuang dalam pengantar untuk buku “Keberanian Bernama Munir” karya Meicky Shoreamanis Panggabean yang terbit pada 2008. Pengantar berjudul “Munir Telah Meninggalkan Kita” ditulis langsung oleh Gus Dur pada 17 Oktober 2007.
Dalam pengantar itu, Gus Dur memuji Munir karena telah membuktikan kepada semua bahwa perjuangan menegakkan HAM adalah hal yang mulia. Gus Dur bercerita, Munir pernah mengatakan bahwa apapun bahaya yang mengancamnya, dia akan tetap melanjutkan perjuangan itu.
“Inilah hal yang tidak setiap orang mampu melakukannya, termasuk saya,” tulis Gus Dur.
Menurut Gus Dur, pembunuhan Munir dengan menggunakan racun hanyalah satu dari berbagai kemungkinan yang bisa terjadi kepadanya.
Gus Dur juga bercerita Munir pernah menemuinya sebelum bertolak ke Belanda. Munir mengatakan ke Gus Dur akan menulis desertasi di negeri Belanda yang akan memaparkan sejumlah orang yang ia duga menjadi otak peanggaran HAM di Indonesia.
“Waktu itu saya berkata dalam hati: Jangan Anda lakukan hal itu karena akan menimbulkan reaksi yang amat besar,” kata Gus Dur.
Namun Gus Dur mengurungkan niat mengatakan itu karena tidak ada gunanya melarang Munir. Sampai kemudian Munir tewas diracun dalam penerbangan Jakarta ke Amsterdam.
“Teror adalah kejadian yang terus melingkupi kehidupan Munir sebagai seorang pejuang HAM,” ujar Gus Dur.
Menurut Gus Dur, tragedi yang menimpa Munir menjadi bukti seorang anak bangsa yang membawa keyakinan bahwa kebenaran akan datang juga. Namun Gus Dur mengatakan perjuangan menegakkan HAM seharusnya tidak menjadi keniscayaan yang berujung pada kematian. Ia mengatakan, orang bisa saja berdebat tentang cara perjuangan penegakan HAM itu dilakukan, tetapi itu hanyalah masalah teknis.
“Namun prinsipnya, perjuangan itu harus dilakukan,” kata dia.
Gus Dur kemudian mengutip kitab suci Alquran, yakni ‘Wahai orang-orang beriman, tegakkan keadilan dan jadillah saksi bagi Tuhan walau mengenai dirimu sendiri’.
Gus Dur menutup pengantarnya bahwa tragedi pembunuhan Munir menjadi pengalaman berharga. Pembunuhan Munir bisa menjadi modal agar negara benar-benar menjalankan sistem politik yang jujur atas dasar keadilan dan kemakmuran, sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945.