KELOMPOK Hizbullah Libanon mengalami kekacauan setelah komandannya tewas dalam serangan udara Israel di jantung pertahanan Beirut pada Jumat (20/9). Hizbullah menyatakan pada Sabtu (21/9) bahwa komandan senior kedua termasuk di antara 16 pejuang yang tewas dalam serangan udara Israel di markasnya di Beirut. Kondisi ini juga menyoroti skala pukulan berat terhadap kepemimpinan militernya.
Israel mengatakan serangan di pinggiran selatan ibu kota Libanon menewaskan kepala pasukan elite Radwan Hizbullah, Ibrahim Aqil, dan beberapa komandan lain. "Setidaknya 31 orang tewas dalam serangan udara itu," kata Kementerian Kesehatan Libanon pada Sabtu (21/9), termasuk tiga anak-anak dan tujuh perempuan, dalam serangan paling mematikan dalam satu tahun konflik antara Hizbullah dan Israel.
Serangan ini terjadi setelah sabotase terhadap perangkat komunikasi yang menewaskan 37 orang di markas Hizbullah. Serangan tersebut menimbulkan pertanyaan baru tentang pengaturan keamanan kelompok yang didukung Iran dan merupakan pukulan berat terhadap moral para pejuangnya.
Baca juga : Netanyahu Setuju Perundingan lagi, Lima Warga Gaza Tewas dalam Bantuan Makanan
Hizbullah menunjuk komandan kedua, Ahmed Mahmud Wahbi, yang memimpin operasi kelompok tersebut melawan Israel sejak awal perang Jalur Gaza, Palestina, pada Oktober hingga awal tahun ini. Hal ini mengonfirmasi kematian Aqil yang juga buronan Amerika Serikat karena terlibat dalam pengeboman kedutaan besar AS di Beirut pada 1983. Hizbullah memujinya sebagai salah satu pemimpin besarnya.
Serangan pada Jumat (20/9) meninggalkan lubang besar dan menghancurkan lantai bawah gedung bertingkat. Ini serangan kedua Israel terhadap kepemimpinan militer Hizbullah sejak perang Gaza dimulai. Serangan Israel di Beirut pada Juli menewaskan Fuad Shukr, seorang kepala operasi utama gerakan tersebut.
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, mengatakan pihaknya sangat prihatin dengan meningkatnya eskalasi dan menyerukan pengendalian diri maksimum dari semua pihak. Militer Israel mengatakan pihaknya melakukan serangan yang ditargetkan terhadap Aqil dan menewaskan total 16 anggota Pasukan Radwan.
Baca juga : AS Ingatkan Konsekuensi Israel jika Serang Hizbullah
Menurut salah satu sumber bahwa Aqil sedang sedang bertemu dengan para komandan ketika dia terbunuh. Amerika Serikat (AS) menawarkan hadiah sebesar US$7 juta bagi mereka yang memberikan informasi tentang Aqil dan menggambarkannya sebagai anggota utama dari organisasi yang mengeklaim pengeboman kedutaan pada 1983 yang menewaskan 63 orang.
Eskalasi regional
Pasukan Israel dan pejuang Hizbullah saling bertempur di sepanjang perbatasan Israel-Libanon sejak militan Hamas memicu perang di Gaza dengan serangan mereka pada 7 Oktober. Fokus serangan Israel selama hampir satu tahun ada di Gaza. Namun dengan melemahnya Hamas, fokus tersebut kini beralih ke perbatasan utara Israel.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan musuh Israel tidak akan menemukan perlindungan, bahkan di pinggiran selatan Beirut. Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan bahwa Israel tidak bertujuan melakukan eskalasi secara luas di wilayah tersebut.
Baca juga : Biden Minta Hamas Terima Gencatan Senjata pada Ramadan
Namun Hamas menyebutnya sebagai agresi brutal dan teroris serta eskalasi. Kementerian Luar Negeri Iran menilai Israel berusaha memperluas geografi perang.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan bahwa Israel melakukan kejahatan yang tidak tahu malu terhadap anak-anak, bukan terhadap kombatan.
Pertempuran lintas batas yang terjadi hampir setiap hari selama berbulan-bulan menewaskan ratusan orang di Libanon. Kebanyakan dari mereka ialah pejuang. Ada pula puluhan orang tewas di Israel. Ini memaksa puluhan ribu orang di kedua belah pihak meninggalkan rumah mereka.
Baca juga : Israel-Hizbullah Memanas, Warga AS Diminta Tinggalkan Libanon
Pukulan terbaru terhadap Hizbullah terjadi setelah ribuan pager dan walkie-talkie milik agen Hizbullah meledak selama dua hari, menewaskan 37 orang dan melukai ribuan lainnya. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah bersumpah bahwa Israel akan menghadapi pembalasan atas ledakan tersebut.
Sebelum serangan di Beirut, Jumat, Israel mengatakan Hizbullah menembakkan puluhan roket dari Libanon menyusul serangan udara yang menghancurkan puluhan peluncur kelompok militan tersebut. "Hizbullah akan menanggung akibatnya ketika Israel mencoba untuk memastikan warganya Kembali dengan aman ke daerah perbatasan," kata Gallant. "Kita sedang memulai fase baru dalam perang," tambahnya.
Pasukan Radwan pimpinan Aqil memelopori operasi darat Hizbullah. Israel berulang kali menuntut melalui mediator internasional agar para pejuang Hizbullah diusir dari perbatasan.
Kunjungan tertunda
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunda satu hari jadwal keberangkatannya ke Amerika Serikat (AS), tempat ia akan berpidato di Majelis Umum PBB.
Pada Jumat (20/9), Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa serangan terhadap perangkat komunikasi Hizbullah melanggar hukum internasional dan dapat merupakan kejahatan perang.
Pager dan walkie-talkie meledak ketika penggunanya berbelanja di supermarket, berjalan-jalan, dan menghadiri pemakaman, sehingga membuat Libanon panik.
"Saya terkejut dengan luasnya dan dampak serangan tersebut," kata Turk. Ia menambahkan bahwa melakukan kekerasan yang dimaksudkan untuk menyebarkan teror di kalangan warga sipil merupakan kejahatan perang.
Mediator internasional, termasuk Amerika Serikat, berupaya keras untuk menghentikan perang Gaza agar tidak menjadi konflik regional besar-besaran.
Serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang mengakibatkan kematian 1.205 orang, sebagian besar warga sipil di pihak Israel. Dari 251 sandera yang ditangkap oleh militan Hamas, 97 masih ditahan di Gaza, termasuk 33 orang yang menurut militer Israel sudah tewas.
Serangan militer balasan Israel menewaskan sedikitnya 41.272 orang di Gaza. Sebagian besar dari mereka ialah warga sipil, menurut angka yang diberikan oleh kementerian kesehatan di wilayah yang dikelola Hamas. PBB telah mengakui angka-angka tersebut dapat dipertangungjawabkan. (Arabnews/Z-2)