Liputan6.com, Jakarta Peningkatan kasus chikungunya di China menjadi sorotan pekan ini. Di China kasus chikungunya sebenarnya jarang. Penyakit disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV) kebanyakan kasusnya terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara serta sebagian Afrika.
Apa itu penyakit chikungunya?
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya, yang ditularkan ke manusia oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang telah terinfeksi seperti mengutip laman WHO.
Penyakit ini dinamai "chikungunya" dari bahasa Makonde Afrika yang berarti "membungkuk kesakitan", sebuah nama yang sangat menggambarkan gejala khas dari penyakit ini berupa nyeri sendi parah.
Virus Chikungunya ditularkan oleh nyamuk betina yang terinfeksi, paling umum nyamuk yangmenjadi vektor adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Dua jenis nyamuk yang juga dapat menularkan virus dengue dan Zika. Nyamuk-nyamuk ini menggigit terutama pada siang hari.
Pada pasien yang bergejala, penyakit CHIKV biasanya muncul 4–8 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi.
Penyakit ini ditandai dengan demam yang tiba-tiba, seringkali disertai nyeri sendi yang parah.
Nyeri sendi seringkali melemahkan dan biasanya berlangsung selama beberapa hari, tetapi dapat juga berkepanjangan, hingga berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.
Tanda dan gejala umum dari chikungunya meliputi:
- pembengkakan sendi
- nyeri otot
- sakit kepala
- mual
- kelelahan,
- dan ruam.
"Karena gejala-gejala ini tumpang tindih dengan infeksi lain, termasuk infeksi virus dengue dan Zika, kasus-kasus dapat salah didiagnosis," tulis WHO.
Untuk menegakkan diagnosis, maka bisa dideteksi dengan sampel darah yang dikumpulkan selama minggu pertama setelah muncul gejala penyakit menggunakan tes seperti reaksi berantai polimerase–transkriptase terbalik (RT–PCR).