Pendidikan dalam Kabut Autopilot

1 month ago 19
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Pendidikan dalam Kabut Autopilot (MI/Duta)

DI tengah gempuran rutinitas dan tuntutan administratif yang tak kunjung surut, dunia pendidikan kerap kali kehilangan nyawanya: kesadaran penuh dalam proses mendidik. Banyak pendidik--meski hadir secara fisik di ruang kelas--justru absen secara batin. Mereka menjalankan peran tanpa gairah, terjebak dalam mode autopilot yang tak lagi memaknai perjumpaan dengan peserta didik sebagai ruang pertumbuhan bersama.

Pendidikan, yang seharusnya menjadi ruang hidup untuk menggugah potensi dan mempererat relasi antarmanusia, perlahan menjadi mesin produksi hafalan dan kepatuhan. Maka itu, penting bagi kita untuk kembali mempertanyakan: ke mana arah pendidikan kita melaju dan apakah pendidik masih hadir sepenuhnya dalam perjalanannya?

TERJEBAK MODE DEFAULT

Mengemban posisi tertentu dalam kurun waktu lama tentu akan membosankan. Otak hanya terlibat aktif dalam kegiatan yang terus-menerus sama. Begitu pula halnya dengan seorang pendidik. Masuk kelas sejak pagi, membersamai anak didik, belajar bersama, kemudian pulang ke rumah. Begitu terus setiap hari. Tanpa disadari, rutinitas itu menjadi perilaku berulang yang dilakukan tanpa kesadaran penuh.

Padahal, esensi kebersamaan antara pendidik dan anak didik bukan hanya kehadiran fisik, melainkan juga keterlibatan ruhani. Di sinilah terbentuk relasi yang positif antara guru dan siswa. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan hal sebaliknya. Tak jarang kita temui guru yang justru asyik menggulir layar gawai saat proses belajar mengajar berlangsung. Jika hal itu terus terjadi, siapa yang patut disalahkan? Apakah visi-misi sekolah yang keliru? Atau pemangku kebijakan yang lalai mengawasi?

KEPUASAN YANG TERLALU DINI

Jika kita mengilas balik, esensi pendidikan adalah humanisasi--memanusiakan manusia sesuai hakikat kemanusiaannya. Potensi peserta didik harus terus digali: aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif perlu berkembang secara seimbang. Akal sebagai anugerah utama manusia mesti didayagunakan, dibimbing oleh pendidik.

Akan sangat ironis jika manusia, yang diciptakan sebagai makhluk terbaik, justru kehilangan esensinya karena proses pendidikan yang tumpul. Sayangnya, banyak pendidik terjebak rutinitas dan luput tanggap terhadap kebutuhan anak didik. Mereka bukan hanya memerlukan pengetahuan, melainkan juga empati, kenyamanan dalam komunikasi, serta kebermaknaan dalam belajar.

Pendekatan holistik dengan batasan-batasan yang sehat harus diupayakan. Anak didik ialah pribadi utuh yang butuh diapresiasi. Proses mendidik seharusnya tidak hanya dinilai dari hasil akhir. Harmonisasi aspek intelektual, fisik, sosial, emosional, estetika, dan spiritual ialah kunci pendidikan yang utuh.

Pembelajaran pun tak harus selalu monoton di ruang kelas. Interaksi langsung dengan lingkungan akan memperkaya pengalaman belajar. Misalnya, dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan topik teks deskripsi, siswa bisa diajak berkeliling sekolah dan menulis dari hasil pengamatan langsung. Selain melatih deskripsi, kegiatan itu juga menumbuhkan rasa takjub pada ciptaan Tuhan.

Kemampuan pendidik untuk mengantarkan anak dari 'tahu' menjadi 'paham' memerlukan usaha ekstra: mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Jika evaluasi tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, mode autopilot pun tak terhindarkan. Kelas menjadi tempat yang stagnan, bukan ruang tumbuh bersama.

MENJADI PEKA SEPERTI BAYI

Jika kita ingin menciptakan anak didik yang mindful, pendidik juga harus hadir dengan kesadaran penuh: tanggap terhadap pikirannya sendiri, emosinya, dan lingkungannya. Sayangnya, banyak yang justru terjebak dalam rutinitas yang diatur secara default, kehilangan makna dari tiap tindakannya.

Logika dan rasionalitas dikendalikan oleh otak sadar. Ketika seseorang memilih membaca buku daripada menggulir media sosial, ia sedang menggunakan kesadaran aktif. Namun, otak bawah sadar bekerja seperti mesin otomatis. Ia belajar dari pola masa lalu. Jika suatu kejadian terasa familiar, respons pun muncul tanpa berpikir panjang.

Contohnya, saat pena jatuh dari saku, kita otomatis membungkuk untuk mengambilnya tanpa berpikir. Di sinilah keindahan dari autopilot--menyederhanakan hal-hal kecil. Namun, jika digunakan terus-menerus dalam kehidupan, termasuk pendidikan, autopilot menjadi bumerang.

Guru yang berjalan ke kelas, mengajar seadanya, lalu meninggalkan kelas tanpa arah yang jelas, sesungguhnya sedang berjalan dalam kabut autopilot. Ia tidak benar-benar hadir, hanya melintas di ruang yang mestinya jadi tempat tumbuh bersama.

MELAWAN KEBEKUAN

Pendidik perlu menyusun malur perjalanan' setiap harinya. Apa yang menarik dari interaksi hari ini? Apa yang perlu diperbaiki? Tuliskan dalam bentuk refleksi harian. Dengan cara ini, apa yang terjadi di kelas tak lagi sekadar kebetulan, tapi bagian dari proses bermakna yang terus tumbuh.

Jika sudah terlanjur beku, pendidik harus mengejutkan dirinya sendiri. Mungkin dengan mengunjungi tempat baru, atau bila tak memungkinkan, cukup dengan membaca buku. Pengalaman baru akan mengaktifkan kembali sensitivitas dan rasa ingin tahu. Pikiran yang sibuk mencari arah pulang ialah pikiran yang kembali hidup.

Di tengah dunia yang makin cepat dan bising, tak heran jika pikiran kita mudah terjebak dalam autopilot. Maka itu, perlambatlah ritme. Berjalanlah pelan-pelan. Tarik napas dalam-dalam. Biarkan energi positif terpancar dari dalam diri. Saat itu, kesadaran akan diri sendiri kembali muncul.

Emhaf (2022) dalam Seni Berpikir mengajak kita belajar dari bayi--manusia paling berani dalam mengindra dan hidup dalam kesadaran penuh. Namun, seiring dengan usia, kita kerap kehilangan kepekaan itu, terjebak rutinitas hingga lupa merasakan. Sebagai pendidik, kita pun sering terseret mode autopilot, hadir secara fisik, tapi absen secara hati. Padahal, mendidik bukan sekadar mengajar, melainkan juga menanam nilai, membentuk karakter, dan menumbuhkan harapan. Maka itu, mari hidup kembali dengan rasa, aktifkan mode petualang dalam diri, dan sadari kembali: untuk apa kita mengajar, dan siapa yang kita temui setiap hari?

Dalam dunia yang serbacepat, jeda ialah bentuk perlawanan yang bijak. Refleksi, menyimak tawa murid, atau merenung sejenak, dapat menyambungkan kembali niat awal. Pendidikan menjadi perjalanan spiritual jika dijalani dengan kesadaran dan cinta. Hadirlah sepenuh hati sebab di balik setiap pertemuan kecil, tersimpan kekuatan besar untuk mengubah hidup--bagi mereka, dan juga bagi kita.

“Good teaching cannot be reduced to technique; good teaching comes from the identity and integrity of the teacher.” (Parker J Palmer, 1993).

Read Entire Article