Beijing (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri China mengomentari latihan militer gabungan India dan Filipina di perairan Laut China Selatan yang digelar pada 3-4 Agustus 2025.
"Sengketa wilayah, hak, dan kepentingan maritim harus diselesaikan melalui negosiasi dan konsultasi oleh negara-negara yang terlibat langsung, dan tidak ada pihak ketiga yang dapat ikut campur dalam hal tersebut," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam pernyataan tertulis di Beijing, Selasa (5/8).
India dan Filipina menggelar latihan angkatan laut gabungan di Laut Cina Selatan termasuk di perairan yang menjadi wilayah sengketa.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Romeo Brawner, mengatakan bahwa pelayaran dan latihan angkatan laut gabungan selama dua hari yang dimulai pada Minggu (3/8) hingga Senin (4/8) berjalan dengan sukses, dan menyatakan harapan bahwa pasukan Filipina dapat melibatkan militer India dalam lebih banyak manuver gabungan di masa mendatang.
Latihan gabungan itu melibatkan tiga kapal angkatan laut India, termasuk satu kapal perusak berpeluru kendali INS Delhi, kapal tanker INS Shakti dan korvet INS Kiltan.
Sedangkan Filipina mengerahkan dua fregat, BRP Miguel Malvar dan BRP Jose Rizal.
Lokasi latihan berada di 124 mil laut (230 km) di sebelah timur Scarborough Shoal, rangkaian terumbu karang yang diperebutkan Beijing dan Manila.
Secara terpisah, Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) juga melakukan patroli rutin di Laut China Selatan pada 3-4 Agustus 2025.
Juru Bicara Komando Teater Selatan PLA Tian Junli mengatakan Filipina telah berkolusi dengan negara-negara non-kawasan untuk menyelenggarakan apa yang disebut "patroli gabungan" yang telah merusak perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.
"Kami tetap bersiaga tinggi untuk menjaga kedaulatan wilayah dan hak maritim China," ungkap Tian.
Militer Filipina kemudian menyebut pada Minggu, dua kapal angkatan laut China, termasuk satu kapal perusak berpeluru kendali terlihat sekitar 25 mil laut (46 kilometer) dari salah satu dari dua fregat Angkatan Laut Filipina di latihan gabungan tersebut.
Sebelum dengan India, Filipina telah menggelar patroli angkatan laut di Laut China Selatan bersama Amerika Serikat dan mitra strategis lainnya termasuk Jepang, Australia, Selandia Baru, dan Prancis untuk mendorong kebebasan navigasi dan penerbangan serta memperkuat penggentaran terhadap China.
China diketahui sejak lama mengeklaim hampir seluruh perairan Laut China Selatan dan menyebabkan tumpang tindih klaim dengan negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Beijing juga memiliki sengketa perbatasan darat yang telah berlangsung lama dengan India di Himalaya, dan sempat memicu perang selama sebulan pada 1962 dan sejumlah pertempuran sejak saat itu.
Sementara itu, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. diketahui melakukan kunjungan kenegaraan selama lima hari ke India sejak Senin untuk membahas peningkatan kerja sama di bidang pertahanan, perdagangan dan investasi, pertanian, pariwisata dan industri farmasi.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengatakan dalam konferensi pers bahwa kedua negara sepakat untuk terus meningkatkan kolaborasi di bidang pertahanan dan keamanan. Ia juga mengatakan negaranya menyatakan kepuasan atas pesatnya modernisasi pertahanan Filipina yang sedang berlangsung.
Sedangkan Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan kedua negara telah memutuskan untuk membawa hubungan mereka ke tingkat kemitraan strategis. Ia menambahkan bahwa rencana aksi komprehensif sedang dirumuskan untuk mengubah potensi kemitraan menjadi hasil konkret.
Filipina sebelumnya telah membeli rudal jelajah supersonik BrahMos dari India, sebuah senjata yang memiliki kecepatan tertinggi 3.450 kilometer per jam.
Baca juga: India, Filipina tingkatkan hubungan jadi kemitraan strategis
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.