Tokyo (ANTARA) - Amerika Serikat berencana mengenakan "tarif ringan" untuk produk farmasi sebagai langkah awal, sebelum akhirnya menaikkan tarif tersebut hingga 250 persen dalam satu setengah tahun mendatang, demikian disampaikan Presiden Donald Trump dalam sebuah wawancara televisi yang disiarkan Selasa.
Dalam upaya terus menerus menggencarkan kebijakan perdagangan "America First", Trump mengatakan kepada CNBC bahwa ia juga akan mengumumkan tarif baru untuk produk semikonduktor dalam "sekitar sepekan ke depan", tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Selama beberapa bulan terakhir, Trump telah menyatakan bahwa industri Amerika di dua sektor tersebut akan dilindungi melalui tarif sektoral yang tinggi, selain tarif yang telah diberlakukan sebelumnya dengan alasan keamanan nasional untuk sektor otomotif, baja, aluminium, dan tembaga.
“Dalam satu tahun, paling lambat satu setengah tahun, tarifnya akan naik menjadi 150 persen, lalu menjadi 250 persen, karena kami ingin produk farmasi diproduksi di negara kami sendiri,” kata Trump mengenai rencananya mengenakan tarif pada produk farmasi.
Namun, ia tidak menyebutkan secara spesifik besaran tarif awal yang akan diterapkan.
Sekitar sebulan lalu, Trump mengatakan dalam rapat kabinet bahwa produk farmasi akan dikenakan tarif "sangat tinggi, sekitar 200 persen."
Jika tarif tersebut benar-benar mencapai 250 persen, maka itu akan menjadi tarif tertinggi di antara semua tarif baru yang diberlakukan selama masa jabatan keduanya.
Sejak musim semi tahun ini, Departemen Perdagangan AS tengah menyelidiki apakah pemerintah perlu memberlakukan tarif terhadap produk farmasi dan semikonduktor dengan alasan keamanan nasional.
Pernyataan Trump muncul menjelang penerapan tarif “resiprokal” yang ditetapkan berdasarkan negara asal, dengan kisaran 10 persen hingga 41 persen. Tarif ini akan mulai berlaku pada Kamis, dengan besaran yang ditentukan oleh Gedung Putih atau disepakati melalui perjanjian dagang.
Dalam wawancara telepon dengan CNBC yang berlangsung sekitar 40 menit, Trump juga menyinggung hubungan dagang dengan China dan menyatakan bahwa kesepakatan perdagangan antara kedua negara kemungkinan akan segera tercapai.
“Mungkin, saya akan bertemu (delegasi China) sebelum akhir tahun, jika kami berhasil mencapai kesepakatan. Jika tidak ada kesepakatan, saya tidak akan mengadakan pertemuan,” ujarnya mengenai kemungkinan pertemuan langsung dengan Presiden China Xi Jinping.
“Apa gunanya bertemu jika tidak ada kesepakatan? Tapi kami sudah sangat dekat dengan kesepakatan. Hubungan kami dengan China saat ini cukup baik,” tambahnya.
Pada hari yang sama, kepada wartawan, Trump mengatakan di hari Rabu, ia akan memutuskan apakah akan memberlakukan tarif tambahan terhadap negara-negara yang masih membeli energi dari Rusia.
“Kami ada (jadwal) pertemuan dengan Rusia besok. Kita lihat saja nanti,” ujarnya. “Keputusan akan diambil saat itu juga.”
Pada pertengahan Juli, Trump menyatakan bahwa Rusia bisa dikenai tarif AS yang "berat", bahkan bisa mencapai 100 persen, jika gagal mencapai kesepakatan untuk menghentikan perang di Ukraina dalam waktu dekat. Ia juga memperingatkan bahwa tarif sekunder akan diberlakukan kepada negara-negara yang membeli minyak dan produk lain dari Rusia.
Dalam beberapa hari terakhir, Trump secara khusus menargetkan India dengan ancaman untuk “secara signifikan” menaikkan tarif 25 persen atas barang impor dari negara tersebut. Ia menuduh India masih membeli dan menjual kembali minyak dari Rusia.
Sumber: Kyodo-OANA
Baca juga: Tarif baru AS resmi diteken Trump, berlaku mulai 7 Agustus
Baca juga: Masih beli minyak dari Rusia, India diancam tarif tambahan oleh AS
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.