Beijing (ANTARA) - Perwakilan China menghadiri pertemuan Komite Perbatasan Umum (General Border Committee) antara Kamboja dan Thailand yang berlangsung di Malaysia.
"Sesuai keinginan Kamboja dan Thailand, China telah secara aktif menjaga komunikasi yang erat dengan kedua negara, Malaysia, dan negara-negara kawasan lainnya untuk memperkuat gencatan senjata, mendorong komunikasi dan dialog, serta membantu meredakan situasi," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam keterangannya di Beijing pada Selasa (5/8).
Kamboja dan Thailand memulai pembicaraan penyelesaian sengketa perbatasan sejak Senin (4/8) sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata yang disepakati pekan lalu atas mediasi Malaysia.
Pembicaraan itu berlangsung pada 4-6 Agustus 2025 dan dijadwalkan untuk menetapkan agenda dan kerangka kerja untuk pertemuan antara menteri pertahanan kedua negara pada Kamis (7/8).
"China akan terus mendukung ASEAN dalam mendorong perundingan perdamaian, menegakkan posisi yang adil dan setara, dan memainkan peran konstruktif dengan caranya sendiri untuk pemulihan hubungan Kamboja-Thailand," tambah Guo Jiakun.
China sebelumnya juga melangsungkan konsultasi informal di Shanghai antara China, Kamboja dan Thailand para Rabu (30/7).
"Tidak ada pertempuran di sepanjang perbatasan Kamboja-Thailand, situasi di lapangan telah mereda dan gencatan senjata telah dilaksanakan secara bertahap oleh Kamboja dan Thailand sejak konsultasi informal tersebut," tambah Guo Jiakun.
Di bawah koordinasi aktif Malaysia, ketua bergilir ASEAN, ungkap Guo Jiakun, kedua negara mengadakan pertemuan GBC untuk melakukan komunikasi bertingkat melalui berbagai cara dalam mengembangkan mekanisme pemantauan gencatan senjata yang terperinci dan kondusif.
"GBC berupaya untuk mengakhiri pertempuran secara efektif dan berkelanjutan. China mengapresiasi dan menyambut baik hal tersebut," ungkap Guo Jiakun.
Menteri Pertahanan Malaysia Khaled Nordin mengatakan bahwa perwakilan dari Amerika Serikat dan China bergabung sebagai pengamat dalam pertemuan tersebut.
Angkatan Bersenjata Malaysia menyatakan bahwa mereka memfasilitasi pertemuan tersebut karena Malaysia, yang saat ini menjabat sebagai ketua bergilir ASEAN dianggap sebagai tempat yang netral.
Ketegangan di perbatasan Thailand dan Kamboja meningkat menjadi konfrontasi bersenjata pada 24 Juli. Setelah bentrokan di wilayah perbatasan, kedua belah pihak terlibat dalam baku tembak yang sudah menewaskan setidaknya 30 orang.
Kamboja menggunakan sistem peluncur roket ganda Grad, termasuk terhadap sasaran sipil di wilayah Thailand, sementara Thailand melancarkan serangan udara terhadap posisi militer Kamboja. Kedua belah pihak melaporkan adanya korban, termasuk warga sipil.
Kemudian pada Senin (28/7), Thailand dan Kamboja mengumumkan kesepakatan gencatan senjata segera setelah pertemuan antara Penjabat Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet yang dimediasi oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim di Kuala Lumpur.
Hingga saat ini, Panglima Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja Hun Manet mengatakan masih ada 20 tentara Kamboja yang ditahan militer Thailand.
Baca juga: Kelompok pengamat ASEAN periksa wilayah perbatasan Kamboja-Thailand
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.