Gelombang Obesitas Naik, Penyakit Kronis seperti Diabetes Mengintai Tanpa Ampun

Liputan6.com, Jakarta - Kasus obesitas di Indonesia meningkat pesat dan menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Obesitas tidak lagi bisa dianggap sebagai persoalan penampilan, tapi faktor pemicu penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi yang terus meroket di Indonesia. Dua kondisi ini kini menjadi penyebab utama kematian dan penurunan kualitas hidup masyarakat urban.

IDF Diabetes Atlas 2024 mencatat 20,4 juta penduduk Indonesia hidup dengan diabetes, dan angkanya diprediksi menyentuh 28,6 juta pada tahun 2050. Sementara itu, prevalensi obesitas terus naik seiring perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin minim gerak dan pola makan tinggi gula, garam, serta lemak.

Ketua Tim Kerja Metabolik dan Surveilans PKG Kementerian Kesehatan RI, dr. A. Muchtar Nasir, M.Epid mengingatkan bahwa obesitas membawa dampak berlapis terhadap kesehatan masyarakat. "Beban obesitas dan diabetes di Indonesia semakin besar, dan jika tidak dikendalikan, akan berdampak signifikan terhadap kualitas hidup masyarakat," katanya.

Lebih lanjut, Muchtar, menambahkan, upaya pencegahan harus dilakukan dari hulu melalui perbaikan lingkungan, edukasi, dan kebijakan yang membantu masyarakat membuat pilihan yang lebih sehat. Pendekatan lintas sektor sangat penting karena masyarakat membutuhkan akses terhadap ruang aktivitas fisik, makanan sehat, serta edukasi yang mudah dipahami.

"Tanpa dukungan lingkungan, pencegahan obesitas sulit berjalan optimal," tambahnya.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, drg. Ani Ruspitawati, M.M, menyoroti tantangan kota besar dalam mendorong gaya hidup sehat. "Peningkatan obesitas dan diabetes menunjukkan bahwa kita perlu bergerak lebih cepat dan lebih terstruktur dalam upaya pencegahan. Pola makan dan aktivitas fisik adalah dua tantangan terbesar yang harus dibenahi bersama," katanya.

Kondisi ini semakin kompleks dengan tingginya konsumsi makanan cepat saji, jadwal kerja padat, dan lingkungan yang tidak selalu mendukung aktivitas fisik rutin.

Figur publik dan penyintas obesitas, Igor Saykoji, memahami betul sulitnya mengubah gaya hidup.

"Untuk orang-orang yang sedang berusaha mengontrol obesitas dengan mengubah pola makan dan gaya hidup, namun merasa bingung atau frustrasi karena belum melihat hasil yang berarti, itu bukan kegagalan. Itu hal yang wajar dan tanda bahwa kita perlu dukungan tenaga kesehatan," ujarnya.

Banyak orang tidak menyadari bahwa obesitas sering kali tidak menunjukkan gejala pada awalnya, tapi perlahan meningkatkan risiko diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, hingga stroke.

Market Access & Public Affairs Director Novo Nordisk Indonesia, Banarsono Trimandojo, menegaskan pentingnya meningkatkan pemahaman bahwa obesitas bukan kondisi yang bisa diabaikan.

"Banyak orang yang obesitas terlihat sehat, tetapi sebenarnya menyimpan potensi penyakit berisiko seperti diabetes, kardiovaskular, stroke, hingga hipertensi. Karena itu, jika sudah obesitas, ayo mulai atur pola makan dan mulai bergerak," ujarnya.

Upaya pencegahan juga dilakukan melalui kegiatan komunitas berskala besar. Salah satunya PESTA Jakarta Sehat, acara edukasi kesehatan yang diikuti sekitar 3.500 dan menekankan lima kebiasaan dasar, yaitu pantau gula darah dan berat badan, edukasi diri, skrining rutin, gerak harian, serta mengawasi konsumsi gula, garam, dan lemak.