Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan di Laut China Selatan kembali memanas menyusul tabrakan antara dua kapal militer dan penjaga pantai China di dekat Scarborough Shoal. Insiden ini diperkirakan akan memicu Beijing meningkatkan kehadiran dan koordinasi maritimnya di wilayah yang disengketakan.
Menurut klaim Manila, insiden terjadi pada Senin (11/8/2025) ketika kapal Penjaga Pantai China bertabrakan dengan kapal perusak rudal berpemandu Tipe 052D milik Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), Guilin. Tabrakan terjadi saat kapal militer tersebut mengejar kapal Penjaga Pantai Filipina di perairan dekat Scarborough Shoal, yang juga dikenal sebagai Bajo de Masinloc di Filipina atau Pulau Huangyan di China.
China belum mengonfirmasi tabrakan itu. Juru Bicara Penjaga Pantai China, Gan Yu, hanya menyebutkan langkah untuk mengusir kapal Filipina dengan "cara yang profesional, standar, sah, dan legal".
"Penjaga pantai akan terus menegakkan hukum untuk menjaga kedaulatan teritorial nasional serta hak dan kepentingan maritim," ujarnya, seperti dikutip South China Morning Post pada Rabu (13/8/2025).
Chester Cabalza, pendiri dan presiden Kooperasi Pembangunan dan Keamanan Internasional di Manila, menilai Beijing akan memanfaatkan momentum ini untuk menunjukkan kekuatan.
"China akan mencoba menebus citranya di laut dan menunjukkan bahwa mereka masih memiliki armada angkatan laut dan penjaga pantai terbesar," katanya.
Pandangan serupa disampaikan Collin Koh, peneliti senior di Institut Studi Pertahanan dan Strategis, Singapura.
"Beijing tidak akan mundur, justru bisa memperkuat posturnya di wilayah tersebut. Insiden seperti ini memaksa mereka mengirim sinyal tegas kepada pesaingnya," ujarnya. Koh juga memperkirakan patroli China akan meluas ke wilayah lain seperti Second Thomas Shoal dan Sabina Shoal.
Scarborough Shoal telah lama menjadi titik panas sengketa antara Beijing dan Manila. Meski masuk dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina sejauh 200 mil laut, Beijing mengambil kendali de facto sejak 2012 dan mengklaimnya sebagai bagian dari Kepulauan Zhongsha.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr menegaskan negaranya tidak akan mundur. "Kami akan terus hadir dan mempertahankan wilayah kami, meskipun ada tentangan dari siapa pun," katanya.
Namun, Koh menilai Manila tidak akan mengambil langkah yang terlalu memprovokasi Beijing karena keterbatasan sumber daya dan pertimbangan politik. Sejak Mei, Filipina hanya fokus mendukung operasi perikanan di dekat Scarborough Shoal.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Ngamuk! Tetangga RI Sekutu AS Nekat 'Bermain Api'