
PEMBICARAAN tidak langsung yang bertujuan mencapai kesepakatan akhir rencana perdamaian Amerika Serikat untuk mengakhiri perang di Gaza telah dimulai di kota Sharm El-Sheikh, Mesir. Sesi diskusi ini dipandang sebagai yang paling penting sejak konflik dimulai, berpotensi menentukan apakah jalan keluar dari peperangan telah tercapai.
Fokus utama perundingan, menurut pejabat Palestina dan Mesir, adalah menciptakan "kondisi lapangan" untuk pertukaran sandera. Mekanisme yang diusulkan adalah pembebasan semua sandera Israel yang ditahan di Gaza dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina.
Tuntutan Kunci AS dan Respons Hamas
Rencana perdamaian 20 poin yang disepakati oleh Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencakup penghentian pertempuran segera dan pembebasan 48 sandera Israel dengan imbalan ratusan warga Gaza yang ditahan. Rencana ini juga menjamin bantuan penuh segera dikirim ke Jalur Gaza setelah kesepakatan tercapai.
Namun, terdapat dua tuntutan kunci yang masih menjadi ganjalan. Rencana tersebut mensyaratkan Hamas tidak memiliki peran dalam pemerintahan Gaza di masa depan dan membuka peluang bagi pembentukan negara Palestina yang independen.
Pada Jumat, Hamas menanggapi proposal tersebut dengan menyatakan setuju untuk membebaskan semua sandera Israel, baik yang hidup maupun mati, asalkan kondisi pertukaran yang tepat terpenuhi. Meskipun tidak secara spesifik menerima rencana 20 poin Trump, Hamas memperbarui persetujuannya untuk menyerahkan administrasi Jalur Gaza kepada badan independen (teknokrat) berdasarkan konsensus nasional Palestina.
Yang paling disorot adalah Hamas tidak menanggapi tuntutan penting terkait pelucutan senjata dan perannya di masa depan dalam pemerintahan Gaza. Kelompok tersebut hanya menyebutkan bahwa bagian proposal yang membahas masa depan Gaza masih didiskusikan "dalam kerangka nasional" di mana Hamas akan menjadi bagiannya. Keputusan Hamas untuk menahan diri dari menyertakan "garis merah" tradisional dalam tanggapan resminya diinterpretasikan sebagai tanda adanya tekanan eksternal.
Harapan Pembebasan Sandera dan Kondisi di Gaza
Perdana Menteri Israel telah menyatakan harapannya untuk mengumumkan pembebasan sandera "dalam beberapa hari mendatang". Pembicaraan ini dilakukan menjelang peringatan dua tahun serangan yang dipimpin Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang memicu kampanye militer balasan Israel di Gaza. Sejak saat itu, menurut kementerian kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, 67.160 orang telah tewas akibat operasi militer Israel di Gaza.
Di tengah pembicaraan, pemboman Israel terus berlanjut di beberapa bagian Jalur Gaza. Laporan dari juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmoud Basal, menyebutkan bahwa "tidak ada truk bantuan yang diizinkan masuk ke Kota Gaza sejak serangan dimulai empat minggu lalu," dan masih banyak jenazah yang belum dapat diambil. Ratusan ribu penduduk telah diperintahkan untuk mengungsi, sementara mereka yang memilih untuk tetap tinggal diperingatkan oleh menteri pertahanan Israel akan dianggap sebagai "teroris dan pendukung teror."
Diskusi di Sharm El-Sheikh melibatkan pejabat Mesir dan Qatar yang mengadakan pertemuan secara terpisah dengan delegasi Israel dan Hamas. Utusan khusus AS Steve Witkoff, menantu Trump Jared Kushner, dan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani termasuk di antara yang hadir. Dukungan untuk rencana perdamaian ini juga datang dari Otoritas Palestina, para pemimpin Eropa dan Timur Tengah, bahkan Iran yang dikenal sebagai pendukung utama Hamas.
Meskipun Netanyahu secara terbuka menegaskan kembali penolakannya terhadap pembentukan negara Palestina setelah rencana tersebut diumumkan, desakan dari sekutu regional dan internasional untuk "bergerak cepat" seperti yang didesak Trump di media sosial, menunjukkan bahwa tekanan untuk mencapai kesepakatan akhir kian besar. (BBC/Z-2)