Menurut American College of Gastroenterology (ACG) dan penjelasan dari Samy A. Azer (NCBI/NLM), gejala GERD dapat bersifat khas maupun tidak khas. Berikut beberapa tanda yang paling umum:
1. Heartburn (rasa terbakar di dada)
Heartburn adalah gejala paling khas dari GERD. Sensasinya berupa rasa panas atau terbakar di dada, biasanya muncul setelah makan besar, mengonsumsi makanan berlemak, pedas, atau saat berbaring.
Menurut American College of Gastroenterology (ACG), heartburn disebabkan oleh naiknya asam lambung ke esofagus sehingga melukai dindingnya yang tidak tahan terhadap asam. Banyak pasien menggambarkan sensasi ini seperti “dada terbakar dari dalam”. Heartburn bisa muncul hanya beberapa menit, namun pada sebagian orang bisa berlangsung hingga berjam-jam dan sangat mengganggu kualitas hidup.
2. Regurgitasi asam
Regurgitasi adalah kondisi ketika cairan lambung naik kembali ke kerongkongan hingga mencapai mulut. Rasanya asam atau pahit, terutama saat sedang menunduk, berbaring, atau setelah makan berat.
Gejala ini sering kali disalahartikan sebagai muntah ringan, padahal sebenarnya merupakan tanda lemahnya katup esofagus bagian bawah (LES). Menurut NCBI, regurgitasi yang terjadi berulang kali dapat merusak lapisan kerongkongan, menimbulkan radang, bahkan meningkatkan risiko komplikasi serius seperti Barrett’s esophagus.
3. Nyeri dada non-kardiak
Nyeri dada pada penderita GERD sering kali mirip dengan serangan jantung. Bedanya, nyeri jantung biasanya disertai sesak napas, berkeringat, dan menjalar ke lengan kiri, sedangkan nyeri akibat GERD muncul setelah makan, lebih terasa ketika berbaring, dan berkurang dengan obat lambung. Meski begitu, kondisi ini sering membuat pasien panik karena sulit membedakan dengan penyakit jantung. Oleh karena itu, evaluasi medis tetap diperlukan agar tidak salah diagnosis.
4. Kesulitan menelan (disfagia)
Disfagia biasanya muncul pada kasus GERD yang sudah kronis. Asam lambung yang terus naik dapat menyebabkan jaringan parut di kerongkongan, sehingga saluran makan menjadi lebih sempit. Penderita akan merasa makanan “tersangkut” di dada atau sulit turun ke lambung.
Disfagia adalah salah satu gejala alarm (red flag) yang menandakan adanya kerusakan serius pada kerongkongan. Jika dibiarkan, dapat meningkatkan risiko penyempitan permanen atau bahkan perubahan sel yang mengarah ke kanker esofagus.
5. Batuk kronis dan suara serak
GERD bukan hanya menyerang sistem pencernaan, tetapi juga bisa berdampak pada sistem pernapasan. Asam lambung yang naik hingga ke tenggorokan dapat mengiritasi pita suara dan saluran napas atas. Akibatnya, penderita sering mengalami batuk kering yang tidak kunjung sembuh, terutama pada malam hari atau setelah makan.
Suara serak di pagi hari juga menjadi gejala khas karena refluks lebih sering terjadi saat berbaring. Menurut penelitian, GERD merupakan salah satu penyebab umum batuk kronis yang sering tidak terdiagnosis dengan benar.
6. Mual dan rasa penuh di perut
Sebagian penderita GERD mengeluhkan mual yang muncul terus-menerus, terutama setelah makan. Selain itu, perut terasa penuh atau begah meski hanya mengonsumsi makanan dalam porsi kecil. Hal ini disebabkan oleh gangguan pada pengosongan lambung serta peningkatan tekanan dalam perut.
Rasa penuh yang berlebihan dapat memicu refluks, sehingga gejala mual dan heartburn saling memperburuk satu sama lain. Kondisi ini sering dikira sebagai “maag biasa”, padahal bisa jadi merupakan bagian dari GERD.
7. Gejala ekstraesofageal
GERD tidak selalu menampakkan gejala khas pada saluran cerna. Pada beberapa orang, justru muncul keluhan di luar sistem pencernaan, yang disebut gejala ekstraesofageal. Misalnya:
- Asma yang sering kambuh akibat iritasi saluran napas dari asam lambung.
- Sakit tenggorokan berulang tanpa sebab yang jelas.
- Gangguan tidur karena refluks malam hari membuat pasien sering terbangun dengan rasa terbakar di dada.
- Sinusitis kronis atau radang telinga yang diperburuk oleh refluks.
Menurut Vakil et al. dalam The Montreal Definition of GERD, gejala ekstraesofageal ini sering kali menunda diagnosis karena pasien biasanya lebih dulu mencari pertolongan ke dokter THT atau paru. Padahal, penyebab dasarnya adalah gangguan pada lambung.