Liputan6.com, Jakarta - Fenomena meningkatnya kasus usus buntu atau Apendisitis di kalangan anak muda, khususnya Gen Z, kian menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir.
Dokter Spesialis Bedah Umum RS EMC Cikarang & Pulomas, dr. Meky Tanjung mengungkapkan bahwa tren ini sudah menjadi perhatian tenaga kesehatan.
"Meski penyakit ini bisa menyerang siapa saja, data klinis menunjukkan bahwa remaja hingga dewasa muda adalah kelompok yang paling sering mengalaminya. Banyak faktor yang berperan, mulai dari pola makan, gaya hidup, hingga minimnya pengetahuan mengenai gejala awal usus buntu," ujar Meky, dikutip dari laman resmi EMC pada Kamis, 14 Agustus 2025.
Meky, menambahkan, banyak orang mengira usus buntu muncul secara mendadak. Padahal, dalam banyak kasus, ada tanda-tanda awal yang sebenarnya bisa dikenali.
Sayangnya, kurangnya edukasi membuat penderita baru memeriksakan diri ketika kondisinya sudah parah, sehingga risiko komplikasi pun meningkat.
Faktor Penyebab Gen Z Rentan Usus Buntu
1. Pola Makan Rendah Serat
Gaya hidup modern membuat banyak anak muda lebih sering mengonsumsi makanan cepat saji, gorengan, minuman manis, dan makanan olahan. Rendahnya asupan serat memicu sembelit, yang berisiko menyumbat saluran usus buntu.
Aktivitas padat dan kebiasaan bermain gawai sering membuat orang menunda buang air besar. Kebiasaan ini dapat menyebabkan pengerasan tinja dan memblokir saluran usus buntu.
3. Kurang Gerak
Gaya hidup sedentari, alias banyak duduk dan minim aktivitas fisik, dapat menghambat peristaltik usus, meningkatkan risiko sembelit.
4. Kurang Minum
Dehidrasi ringan yang kerap diabaikan membuat proses pencernaan tidak optimal dan tinja menjadi lebih keras.
Pasien kurang mampu, Suratmi, menjalani operasi usus buntu gratis di Rumah Sakit (RS) Hermina, Kemayoran, Jakarta.
Apa Saja Gejala Usus Buntu yang Harus Diwaspadai?
Mengenali gejala awal apendisitis sangat penting untuk mencegah komplikasi. Beberapa gejala yang umum antara lain:
- Nyeri perut yang awalnya terasa di sekitar pusar, lalu berpindah ke kanan bawah perut
- Nyeri yang bertambah parah saat bergerak, batuk, atau berjalan
- Mual dan muntah
- Hilang nafsu makan
- Demam ringan
- Perut kembung atau sulit buang gas
- Diare atau sembelit.
“Jika gejala tersebut muncul, sebaiknya segera periksa ke fasilitas kesehatan. Menunda pemeriksaan dapat berakibat fatal,” ujar Meky.
Bagaimana Mencegah Usus Buntu?
Meski tidak semua kasus apendisitis bisa dicegah, ada beberapa langkah yang dapat menurunkan risikonya, yakni:
Perbanyak Konsumsi Serat
Makan buah, sayur, kacang-kacangan, dan biji-bijian setiap hari membantu melancarkan pencernaan dan mencegah sembelit.
Minum Cukup Air Putih
Minum setidaknya 8 gelas per hari untuk menjaga kelembapan tinja dan mempermudah proses buang air besar.
Hindari Kebiasaan Menahan BAB
Segera ke toilet saat tubuh memberi sinyal ingin buang air besar (BAB).
Aktif Bergerak
Lakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, atau senam minimal 30 menit setiap hari.
Kurangi Konsumsi Makanan Olahan dan Cepat Saji
Pilih makanan segar dan minim pengawet untuk menjaga kesehatan usus.
Bagaimana Menangani Usus Buntu?
Jika diagnosis apendisitis sudah ditegakkan, biasanya dokter akan merekomendasikan operasi pengangkatan usus buntu (apendektomi). Ada dua metode operasi yang umum dilakukan, yakni:
- Operasi terbuka: Sayatan dibuat di perut kanan bawah untuk mengangkat usus buntu.
- Laparoskopi: Prosedur minimal invasif dengan beberapa sayatan kecil, menggunakan kamera dan alat khusus.
Usus buntu adalah organ kecil berbentuk tabung yang menempel pada usus besar, tepatnya di bagian kanan bawah perut. Fungsinya belum sepenuhnya dipahami, tapi secara anatomi, usus buntu memiliki jaringan limfoid yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh, terutama pada anak-anak.
Apendisitis terjadi ketika usus buntu mengalami peradangan, biasanya akibat penyumbatan oleh tinja keras (fekalit), pembengkakan jaringan, atau infeksi bakteri. Jika tidak ditangani, peradangan dapat menyebabkan usus buntu pecah, yang berbahaya karena dapat memicu infeksi menyeluruh pada rongga perut (peritonitis).
“Menjaga kesehatan usus bukan hanya soal menghindari penyakit, tapi juga tentang menciptakan kualitas hidup yang lebih baik. Jadi, mulai sekarang, mari biasakan pola hidup sehat agar terhindar dari usus buntu dan masalah pencernaan lainnya,” Ajak Meky.