Liputan6.com, Jakarta - Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) menyampaikan pernyataan sikap terkait dugaan intimidasi dokter di RSUD Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Dalam pernyataan resmi bernomor 93/PP PAPDI/U/VIII/2025, PAPDI mengungkapkan bahwa pada Selasa, 12 Agustus 2025, keluarga pasien melakukan tindakan yang dinilai tidak menyenangkan.
Bentuknya antara lain perkataan kasar, ancaman, intimidasi, penghinaan verbal, hingga tindakan fisik dengan secara paksa menarik dan melepas masker medis yang dikenakan dokter.
Insiden ini menimpa anggota PAPDI, dr. Syahpri Putra Wangsa, Sp.PD, K-G.H, FINASIM.
"Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 mengamanatkan perlindungan kepada tenaga medis dan kesehatan dalam menjalankan profesinya, sepanjang sesuai dengan standar yang berlaku," tulis pernyataan yang ditandatangani Ketua Umum PAPDI, Dr. dr. Eka Ginanjar, Sp.PD, K-Kv, FINASIM, FACP, FICA, MARS, SH, pada Rabu, 13 Agustus 2025.
PAPDI menegaskan enam poin sikap:
- Mengecam keras tindakan kekerasan yang terjadi dan menyerukan agar semua pihak menjaga keamanan dan keselamatan tenaga kesehatan.
- Mendukung penuh proses hukum yang sedang berjalan dan menuntut keadilan bagi sejawat kami.
- Mengharapkan aparat hukum untuk mengusut kasus ini secara tuntas, adil, dan profesional sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Mengajak seluruh tenaga medis dan tenaga kesehatan untuk tetap menjalankan profesinya dengan profesionalisme tinggi, serta memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
- Mengimbau stakeholder terkait, termasuk rumah sakit, Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan langkah-langkah pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap tenaga kesehatan, serta menciptakan lingkungan kerja yang aman dan kondusif.
- Meminta kepada masyarakat untuk menghormati hukum, menghargai profesionalitas dokter dan mengedepankan komunikasi yang baik dengan tenaga kesehatan agar tercipta pelayanan kesehatan yang optimal.
Dokter Spesialis Paru dari RSUP Persahabatan, Erlina Burhan meminta masyarakat untuk tidak memandang remeh lonjakan kasus yang disebabkan oleh omicron. Meski banyak pihak menyampaikan varian omicron tak terlalu berbahaya, risiko penularannya masih le...
Ciptakan Lingkungan Aman bagi Dokter dan Tenaga Kesehatan
PAPDI meyakini bahwa lingkungan yang lebih aman bagi tenaga kesehatan bisa tercapai jika ada komitmen bersama.
“Kami percaya bahwa dengan kerja sama dan komitmen bersama, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan profesional bagi tenaga kesehatan, serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat.”
“Demikian pernyataan sikap PAPDI ini disampaikan, demi menjaga kehormatan serta menjamin keselamatan bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang profesional kepada seluruh pasien.”
PAPDI pun menyerukan untuk menghentikan segala bentuk kekerasan dan pelecehan terhadap tenaga kesehatan. Berikan penghargaan melalui sikap saling menghormati. Hargai mereka yang memberikan perawatan untuk pasien dan keluarga.
Kronologi Dugaan Intimidasi Dokter di RSUD Sekayu
Dalam video yang tersebar di berbagai platform, peristiwa terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Dalam video, seorang pria yang merupakan keluarga dari pasien, marah-marah terhadap dokter penyakit dalam yang diketahui bernama dr. Syahpri Putra Wangsa, Sp.PD, K-GH, FINASIM.
Kemarahan diduga akibat pelayanan yang dinilai lambat dan ruangan yang tidak sesuai ekspektasi keluarga pasien.
“Ibu saya ini tiap hari disuruh tunggu dahak, kita sewa ruangan VIP ini untuk pelayanan yang bagus, yang layak, bukan sekadar suruh nunggu. Ini nyawa, ini emak saya, jangan kamu kayak kesannya main-main, berdalih nunggu air ludah (dahak), saya minta tindakan yang pasti,” ujar pria itu sambil merekam sosok dokter Syahpri, mengutip video viral yang diunggah ulang akun Tiktok @kawesusu, dikutip pada Kamis (14/8/2025).
Dengan kata lain, pria tersebut enggan menunggu lebih lama lagi terkait berbagai prosedur pemeriksaan dan ingin ibunya segera ditangani. Pasalnya, ia membayar untuk ruang VIP dan berharap tindakan yang cepat tanpa menunggu hasil pemeriksaan dahak.
Situasi memanas ketika pria lainnya membuka masker dokter secara paksa dan memaksanya untuk memberi penjelasan.
Enggan Tunggu Pemeriksaan Dahak
Dalam keadaan tertekan, Syahpri berupaya untuk tetap tenang dan menjelaskan prosedur yang dilakukan pada pasien.
“Ibu ini masuk RS dengan kondisi tidak sadar, akibat hipoglikemi atau gula darah sangat rendah. Tekanan darahnya tidak terkontrol, kemudian kita lakukan pemeriksaan, dilakukan rontgen dan didapatkan adanya infiltrate atau gambaran bercak di paru-paru kanan, gambaran khas dari TBC,” jelas Syahpri.
Guna memastikan bahwa itu benar-benar penyakit TBC, maka Syahpri pun perlu memeriksa dahak pasien. Sayangnya, dalam proses menunggu dahak, keluarga atau anak pasien enggan menunggu lebih lama lagi dan ingin penanganan segera. Pria itu tidak menjelaskan proses menunggunya memakan waktu berapa lama, tapi ia sempat menyebut “berhari-hari.”
Pria itu pun menganggap bahwa dahak adalah air liur yang bisa diambil kapanpun tanpa ditunggu.
Padahal, menurut Syahpri, dahak berbeda dengan air liur, dan pemeriksaan TBC memang harus menggunakan dahak agar diketahui secara pasti.
“Nunggu dahak, kasih obat-obatan untuk menguji ke laboratorium, kita harus cek dahaknya, itu cara pemeriksaan pastinya,” jelas Syahpri.
Dalam detik-detik terakhir video, anak pasien sempat melontarkan kata-kata ancaman terhadap dokter.
“Urus balik, kalau masih mau hidup urus balik ibu saya,” ujar pria di balik kamera itu.